WANAREJA – Petani di Desa Majingklak, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap melirik usaha pengolahan produk hortikultura.
Produk hortikultura yang akan dikembangkang olahannya tersebut, yakni buah naga. Kades Majingklak, Tarsam mengatakan, upaya pengembangan usaha itu menyusul banyaknya hasil pertanian di wilayah itu. Tujuannya untuk menunjang pendapatan petani.
“Intinya terkait dengan pengembangan tani buah naga di Majingklak cukup bagus dan dengan hasil melimpah. Cuma kendalanya, ketika musim panen raya, itu harga tidak bisa ditahan. Harga jadi anjlok, tidak standar,” kata Tarsam, saat dimintai konfirmasi, akhir pekan kemarin.
Dia membandingkan, harga jual buah naga saat tidak musim panen menembus Rp 20.000 per kilogram. Sedangkan saat panen raya, harga jual di tingkat petani anjlok, hanya berkisar Rp 5.000 per kilogram. Harga jual terendah itu, kemudian dirasa sulit bagi petani untuk meraih keuntungan.
“Dari pengalaman itu, sehingga muncul keinginan untuk diolah menjadi produk olahan, supaya bisa memiliki nilai ekonomi lebih,” ujar dia.
Langkah awal, lanjut dia meraba-raba potensi produk olahan dan gambaran pasar yang menjanjikan. Kemudian, para petani mendalami tata cara olahan produk.
Untuk pengolahan produk, ibu-ibu dari kelompok tani Manggala Karya Mukti di desa setempat sudah mendapatkan pelatihan dari Dinas Pangan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap bersama pihak terkait, pertengahan bulan Februari lalu. Mereka dilatih membuat olahan buah naga menjadi es krim.
“Yang jelas harapan dari kami, dengan produk yang sudah dalam bentuk olahan, nantinya diharapkan bisa memiliki nilai jual lebih,” kata dia.
Makanan Ringan
Tak hanya itu, sasaran olahan produk buah naga juga tertuju pada dodol, atau dikenal wajik. Mengingat, buah naga dapat dikembangkan menjadi makanan ringan itu.
“Ketika nantinya dapat dikemas dengan bagus, tentu akan memiliki nilai jual lebih. Dan itu akan menunjang pendapatan petani,” kata dia.
Hanya, pihaknya akan berupaya menghitung biaya produksi dan nilai jual. Pihaknya juga masih memperhatikan peluang pasar.
“Segi pasar jelas kami pertimbangkan. Ke mana produk akan dijual. Siapa konsumennya. Karena terkadang, produk pertanian itu bisa berkembang, namun dari segi pasarnya suka kesulitan,” kata dia.
Karena itu, konsep pengembangannya akan dimaksimalkan. Konsultasi dengan dinas dan pihak terkait pun ditempuh untuk bisa mencapai hasil yang dimaksud.
“Konsultasi ini biar petani di tempat kami bisa lebih paham mengenai pengembangan dan peluang pasar. Termasuk bagaimana strategi pemasarannya,” kata dia.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Wanareja, Surur Hidayat mengatakan, pengembangan produk olahan buah naga tertuju pada agrowisata. “Settingannya, Majingklak sebagai agrowisata. Setelah jadi agro, pengunjung datang, akan dimanjakan dengan produk buah berikut olahannya. Jadi ada banyak pilihan,” kata Surur Hidayat, dikonfirmasi SuaraBanyumas, Minggu (1/3).
Variasi olahan, nantinya mengarah ke es krim dan dodol. “Jadi kalau yang kurang berminat di buah, nanti bisa beli es krim atau dodolnya,” ujar dia.
Sejauh ini, lanjut dia minat buah naga Majingklak sudah bermunculan. Selain di tingkat lokal, sudah berdatangan peminat dari daerah Jawa Barat, seperti Kota Banjar.
“Dengan variasi produk itu, tentu saja nantinya akan menunjang pendapatan bagi petani,” pungkasnya.
Merujuk data Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Wanareja, tani buah naga di Majingklak luasnya sudah mencapai 20 hektare. Tani hortikiltura itu sudah dikembangkan petani sejak beberapa tahun terakhir ini.
Untuk hasil produksinya tidak sama antara satu tanaman dengan lainnya. Namun secara umum, tani buah naga di sana mampu menghasilkan 20 ton per hektare. (tg-60)