BANJARNEGARA – PGRI Cabang Pagentan mengirimkan bantuan berupa 130 kilogram telur untuk korban bencana tanah gerak di Desa Kalitlaga Kecamatan Pagentan. Bantuan langsung diantar ke posko bencana di Desa Kalitlaga.
Ketua PGRI Cabang Pagentan Triyono mengatakan, bencana yang terjadi di sejumlah wilayah di Banjarnegara menggugah keprihatinan PGRI. Karena itu, pihaknya menggalang dana dari anggota dan selanjutnya diserahkan kepada pengungsi dalam bentuk telur.
“Bantuan kami antar ke posko penanganan bencana di Desa Kalitlaga,” katanya.
Dia berarap, bantuan tersebut dapat meringankan beban yang sedang dihadapi warga. Para pengungsi membutuhkan makanan bergizi untuk menjaga imunitas, karena saat ini sedang terjadi pandemi Covid-19.
(Baca Juga : Bencana Longsor, 327 Warga Desa Kalitlaga Diungsikan )
“Bantuan telur ini bisa menambah gizi lauk mereka sehari-hari,” ujarnya.
Ketua PGRI Banjarnegara Noor Tamami menyampaikan apresiasi kepada anggota PGRI di Kecamatan Pagentan yang sigap membantu masyarakat terkena musibah. Rasa kesetiakawanan sosial seperti itu perlu terus ditumbuhkembangkan sebagai nilai kegotongroyongan.
“Semoga ini bisa menjadi contoh bagi PGRI lain untuk senantiasa tanggap menghadapi bencana,” harap Noor.
Sebelumnya diberitakan, hujan deras yang mengguyur Banjarnegara dalam beberapa hari terakhir menyebabkan bencana longsor dan banjir di puluhan wilayah di Banjarnegara. Di Desa Kalitlaga Kecamatan Pagentan, ratusan warga diungsikan untuk menghindari ancaman longsor.
Kepala Desa Kalitlaga Guntur Agus Salim mengatakan, akibat hujan deras muncul rekahan tanah pada Rabu (3/12/2020) dini hari. Selain di kebun, rekahan juga muncul di tengah permukiman warga, dengan lebar rekahan berkisar antara 5 cm hingga 30 cm. Tercatat 9 rumah rusak berat.
“Di Dusun Karanglo, ada 4 titik rekahan sehingga seluruh warga yang berjumlah 111 kepala keluarga atau 326 jiwa diungsikan,” katanya, Rabu (3/12/2020).
Potensi longsor juga mengancam tiga dusun lain di Desa Kalitlaga, yakni Sigadung, Jambean dan Karanganyar. Total keluarga yang terancam mencapai 515 keluarga, dan yang mengungsi secara mandiri sebanyak 327 keluarga.(cs-3)