CILACAP – Guyuran hujan di tengah musim, telah menjadi kendala dalam proses pengeringan bahan baku sale pisang bagi sejumlah produsen rumahan di Cilacap. Namun demikin, mereka tidak menyerah begitu saja.
Mereka berupaya mensisasati kondisi, guna menjaga hasil produksi. Satu langkah yang dilakukan, yakni berpacu dengan hujan dalam proses pengeringan bahan baku.
Usaha sale pisang milik Slamet (56) di Desa Ciporos, Kecamatan Karangpucung, misalnya. Di tengah musim hujan ini, kesehariannya tetap aktif memproduksi.
Dia mengawali dengan mengiris tipis bahan baku pisang. Irisan tersebut kemudian ditata rapi pada alas anyaman bambu.
Pagi itu, cuaca cukup cerah. Bersama pekerjanya, Eva (30), ia menjemur bahan baku sale pisang berupa irisan tipis di halaman rumah.
“Dari kemarin-kemarin, hujan lebih sering turun waktu siang atau menjelang sore. Jadinya kami berusaha memaksimalkan waktu pagi untuk menjemur,” kata Slamet, ditemui akhir pekan lalu.
Hanya, proses pengeringan bahan baku sale pisang di musim hujan membutuhkan perhatian lebih. Ia harus rajin menunggui, karena tidak tahu persis kapan hujan akan turun.
“Kalau sampai kehujanan, hasil jemuran tidak bagus. Bisa-bisa mubazir karena tidak layak goreng (diproduksi),” kata dia.
Dijelaskan, hasil jemuran bahan baku sale pisang yang bagus warnanya putih menguning atau cokelat. Tapi bila rusak terganggu hujan, warnanya jadi memerah layu dan rasanya jadi masam.
“Kalau sampai hasilnya tidak bagus apalagi rusak, jelas tidak dipakai. Karena rasanya jadi tidak enak,” kata produsen rumahan lainnya, Tati, menambahkan.
Merugi
Kalau sudah demikian, produksi akan merugi. Ia harus mengulang proses pembuatan dengan bahan baku pisang yang lain. “Jadi pada intinya, harus pintar-pintar mengatur waktu proses penjemuran saat musim hujan, biar tidak merugi,” kata dia.
Semangat memproduksi sale pisang juga tampak pada usaha rumahan milik Dursini (48) di Desa Gunungtelu. Kesehariannya, ia tetap memproduksi walau harus berpacu dengan hujan dalam pengeringan bahan baku.
”Sale pisang sudah jadi usaha kami di sini. Kesehariannya banyak konsumen yang membutuhkan, sehingga kami tetap memproduksi, walau harus menghadapi kendala di musim hujan,” kata Dursini.
Diberitakan sebelumnya, hambatan hujan terhadap produksi makanan ringan itu terjadi dalam proses pengeringan bahan baku. Proses pengeringan sale pisang kebanyakan dilakukan dengan cara dijemur, atau dengan mengandalkan teriknya matahari.
Sementara itu, karena kesehariannya kerap turun hujan, secara otomatis, proses pengeringannya menjadi terganggu. Akibatnya, waktu yang dibutuhkan untuk tahapan produksi itu menjadi lebih lama. Pengeringan bahan baku yang biasanya butuh dua sampai tiga hari, kini jadi sepekan.
Kendala klasik itu, sebenarnya bukan tanpa solusi. Ada alat pengeringan modern yang bisa diandalkan, yakni dengan cara dioven. Namun kebanyakan pelanggan, lebih memilih produksi sale yang pengeringan bahan bakunya dengan cara dijemur.
Oleh karena itu, meski membutuhkan waktu yang lebih lama, baik Dursini maupun Slamet, tetap memproses pengeringan bahan baku sale dengan cara mengandalkan panas matahari. Satu pertimbangan utama, supaya bisa memenuhi kebutuhan pelanggan secara lebih maksimal. (tg-60)