Joe Hasan adalah talenta dalam merangkai kata. Puisi-puisinya sangat patut diapresiasi. Berikut puisi-puisi Joe Hasan.
DAN PADA SUATU PAGI
dan pada suatu pagi
kau mengatakan sebuah cinta
hanya tawa
yang tergores di samping bibir
betapa aku menyayangkannya
orang lain yang akhirnya tahu
bagaimana cara kita mencintai
bukankah aku pernah bilang
cinta kita
ya, hanya untuk kita
begitu pula gelisahnya
dan pada suatu pagi
cerita kita telah jadi dongeng di kerajaan
(Surabaya, Maret 2019)
(Baca Juga : Puisi-Puisi Mufti Wibowo)
AYAH
matamu yang biru usang
menawan kalbu
iris sedikit senyum di lekuk pipi
malam itu terjadi peristiwa
menjadi sejarah ruang tamu
dosa di bibir yang sungguh bergairah
kunikmati setiap detiknya
ayah,
pemandangan haram itu
melukai gairahku
ibu pulang tiba-tiba
ke rumah Tuhan
tak menunggu kata yang berubah wacana
janji sudah berulang-ulang
nyatanya kau dimenangi Sumi
ceritaku adalah uzur
menjadi rangka di kedalaman puisi
subuh murni menerawang doa
tangan-tangan yang tengadah
berharap waktu tak berdetak lagi
untuk pertama,
wajah ayah hilang dipakai Sumi
menabrak mimpiku
di malam aku saksikan pertempuran mereka
hangat
dalam segala doaku
nama-nama terlanjur kulumat
seberapa seringkah akan terucap
dari bibirku yang azab
Puisi-Puisi Joe Hasan
DENDAM
persis seperti dendam-dendam yang terlewatkan
hanya itu yang terlintas dalam benak
mengingat sebuah perjalanan hebat
menyabit segala arah
tanpa peduli lintah di kaki tanah
musim itu telah berubah
tumbuh mekar di jalan orang
kita tercatat sebagai sejarah
kau bagikan beberapa hari lalu
lalu kita saling menyapa
menyambut doa dari seberang mulut
esok telah menunggu
dengan ajakan dukun tak terelak
aku bisa saja menolak
namun bagaimana dengan rasa yang tengah tumbuh
bermesra dengan alam
bekas-bekas bianglala rindu sentuhan
ajaibnya waktu bergelora berputar
membawa pulang kisah silam
menamakan dendam sebagai haus
sejenak kita menemukan sepakat
bahwa itu harus segera dilunaskan
di kaki siapa saja
(Baubau, November 2020)
(Baca Puisi : Puisi-Puisi Saiful Bahri)
BULAN WAKTU
percakapan malam hari
kura-kura lari terbirit-birit
menuju sungai tak berair
di sana banyak orang bekerja
membangun sebuah bangunan
sebab perintah raja tak bisa ditunda
bulan berubah merah
hari masih malam
darah siapakah yang mengalir
waktu tercekat dileher para kuli
tapi mereka bahagia
tak ada tangis di sana
itulah strategi
kata si bebek yang tiba-tiba muncul bersuara
entah dari belahan bumi mana
percakapan masih berlanjut
hingga anak perempuan
berhenti mengejar
kehilangan waktu
terpana dengan bulan
ia terpatung
ibunya berteriak minta tolong
tak ada sesiapa yang hidup
sekejap mereka diam
diam-diam mereka perhatikan
bulan mengatur waktu
dengan begitu halusnya
(Baubau, April 2020)
Joe Hasan, lahir di Ambon pada 22 Februari. Pecinta Olahraga Taekwondo. Cerpen dan puisinya pernah dimuat di media cetak dan online.