PURWOKERTO – Berikut puisi sebagai bentuk penghargaan untuk para guru.
Hari ini, Kamis, 24 November 2021 kita memperingati Hari Guru Nasional. Tanpa jasa-jasa guru, mungkin kita tidak akan bisa menjadi manusia yang sukses saat ini.
Untuk mengenang jasa-jasa guru kita, berikut ini sejumlah puisi tentang guru yang bisa kita baca saat memperingati Hari Guru Nasional.
DOA, GURU DAN INDONESIA
Karya Wanto Tirta
guru, bantulah doaku pada tuhan
selamatkan anak-anak indonesia
dari bahaya korupsi dan narkoba
yang semakin hari belum ada tanda-tanda berhenti
betapa sedih menyaksikan minuman keras
dikonsumsi anak-anak berusia emas
yang kemudian merenggut nyawanya
hanya keinginan sesat membuang kepenatan
guru, sampaikan salamku pada tuhan
bagaimana meredakan carut marut politik
yang ,berkecamuk dalam kehidupan bernegara
nyaris bangsa ikut menjadi korban
tatanan ekonomi dan sulitnya mata pencaharian
membuat anak-anak muda hidup blingsatan
sehingga mencari pelampiasan
pada dunia sesat yang dipandu setan
guru, bantulah doaku ini
agar indonesia tetap utuh dalam nkri
meski kepentingan luar negeri
mencekam di bumi ini
guru, maukah kau menyampaikan
salam damai pada tuhan
agar dunia nyaman sejahtera
tak ada lagi rakyat miskin merintih
guru, ajaklah tuhan turun
ikut serta mencerdaskan bangsa
membela yang benar
menyisihkan yang salah
25112015
(Baca Juga: Ini Juara Lomba Baca Puisi Piala Bupati Purbalingga)
SEKUNTUM MELATI
Karya Wanto Tirta
lembaran cinta ini kusuguhkan kepadamu
yang mulia bapak ibu guru
dalam keriuhan jaman lalulalang kehidupan
menjadi lebih berarti pengabdianmu
atas segala upaya
telah melahirkan peradaban
generasi terdidik berperan dalam mengukir masa depan
di keelokan hati para pendidik
di kegigihan semangat mengajar
di ketulusan pengabdian
di kesetiaan pada profesi
di kebajikan sikapnya
ada masa depan yang terukir
tugas guru yang menumpuk
tuntutan kemajuan yang kian melejit
hadir kurikulum tiga belas
harihari memelas
menyita pikiran dan perhatian
lembaran cinta ini kusuguhkan
untukmu guru indonesia
dengan keihlasan dan ketekunanmu
anakanak indonesia telah mampu mengukir dunia
seiring dengan perbaikan nasib dan sertifikasi
semoga tidak lupa pondasi
mengabdi mendidik negeri
mencerdaskan kehidupan bangsa
guruku yang mulia
sekuntum melati cinta
kuronce dan kusuguhkan untukmu
atas pengabdian dan keluhuran budi
telah banyak muridmuridmu sukses
melanglang dunia
engkau sendiri masih setia menunggu
kelas papan tulis dan kursikursi
meski masa sudah berganti
umar bakri telah bangkit
menjadi idola anakanak muda
dalam mencari pekerjaan
guruku
potret indonesia hari ini
adalah jepretan hari kemarin
dan esok kau akan melukis kehidupan
bagi tunas muda pemegang masa depan bangsa
15042018
(Baca Juga : Alun-alun Purwokerto Direnovasi, Begini Sejarah Alun-alun)
ZIARAH CINTA
Karya Trisnatun Abuyafi Ranaatmaja
Mengenangmu adalah bilur rindu
Tak bisa hilang dari ingatan
Kasih sayang dan perhatian
Sapa ramah senyum indah
Menyemangati jiwa hapus lelah
Merenungkan jasamu adalah tabur bunga
Harumi persada jiwa
Di atas pusara pinggiran kota
Aku merapal doa penuh cinta
Membayang sejuk tatap mata indah
selalu mencairkan rasa ragu di dada
Bersamamu aku merasa bisa
Hadirmu menumbuhkan gairah jiwa
Kuncup yang terus tumbuh dewasa
kelopak mekar mawar
harum mawar cita-cita
Nafasmu angin lembut menyapunya
Bersama doa tulus setia
Kini aku hanya bisa mengenang dalam doa
Menggenggam yakin yang engkau ajarkan
Tersenyum dalam kangen yang meraja
Semoga tentram di sisi Allah
penabur benih kehidupan yang menggemburkan lahan rasa
hingga kini tumbuh bahagia
Ajibarang, 24 Nop 2021
Puisi tentang Guru
BERSANDAR PADA PILAR-PILAR
Karya Abdul Wachid B.S.
Ada masanya
Tatkala lalu seorang tua dengan senyum beracun
Setelah jaman Soekarno dan para petani itu
Ratusan orang membentuk lingkaran penonton
Ratusan orang sekaligus memainkan peran
Mereka berlatih teater di antara
Tangga-tangga gedung rakyat
Bukan demonstrasi
Tapi guru dan dosen latihan teatrikalisasi puisi
Tentang teratai hidup di rawa-rawa
Tentang senasib terjerembab di rawa-rawa
Mereka mendadak menjelma penyair
Minum anggur dari kenyataan
Menelan buah kepahitan
Seseorang menguak keramaian
Dengan mengutip Anton Chekov
Jika bangsa inginkan peradaban
Sejahterakan guru
Ya. Gaji kami bagai cacing kepanasan
Perut kosong, mata kunang-kunang
Hidup kami cukup tahu diri
Tak nuntut yang bukan-bukan
Matahari menjadi latar
Langit bening kebiruan digelar
Sebuah puisi
Melebihi seribu kavaleri
Tapi, dari kerumunan itu
Penonton terpukau
Oemar Bakri dengan sepeda kumbangnya
Bertuliskan Dijual cepat dan murah
Untuk mengembalikan gaji
Lantaran mengundurkan diri
Sebab mengikuti tugas istri ke lain provinsi
Orang-orang ribut
Tapi bukan untuk berdebat
Orang-orang ribut
Justru buat sepakat
Interupsi!
Bagaimana mungkin
Buruh bekerja, mengembalikan keringat upahnya?
Aisiah, gadis Yogya dari Gadjah Mada
Dalam teka-teki hatinya bertanya
Bukankah beri upah buruhmu
Sebelum kering keringat?
Tapi kenapa keringat telah berlarat-larat
Hanya lantaran mengundurkan diri
Seorang dosen dipaksa kembalikan upah keringatnya?
Astaga! Ini lebih jahil dari Abu Jahal!
geram seorang wartawan, Di mana itu?
Di satu universitas yang mengatasnamakan umat
Orang-orang ribut
Tapi bukan untuk berdebat
Orang-orang ribut
Justru buat sepakat
Kami bukan bunga bangkai
Tapi kembang teratai
Kami bukan nyebar kata bangkai
Tapi nuntut manusiawi yang tergadai
Sungguh gedung rakyat menjelma teater
Dan sejernih wajah bocah
Guru merasa penyair
Semoga sajak bukan menambah darah
Aisiah masih bersandar pada pilar-pilar
Ia tak mengerti
Tapi mencoba mengangguk pasti
Dan langit merekam segala itu dalam
Gerimis yang gemetar
Tiba-tiba!
Berderapan penonton lain
Berlapis barikade dengan
Gas airmata dan pentungan
Serentak
Tangan-tangan lalu angkat tangan
Membentuk lingkaran
Melingkar-lingkar kata
Kata melingkar-lingkar
Bukan demonstrasi
Tapi guru dan dosen latihan teatrikalisasi puisi
Mari bersulang!
Untuk guru kita?
Bukan!
Untuk politisi?
Bukan!
Untuk polisi?
Bukan!
Untuk penyair?
Apalagi!
Habis untuk apa?
Untuk siapa?
Untuk teratai..
amiin..
1997, 1999
ODE UNTUK GURUKU
Karya Agustav Triono
Apa yang harus kuucap untukmu
Selain terima kasih tak hingga
Telah menjadi sumber air
Tak henti memancar
Dengan kata-kata penuh makna
Dengan nasehat-nasehat bijak
Dengan ujar dan ajar
Yang membuka jendela dunia
Pintupun telah kau buka
Di sana padang sabana terhampar
Kau tuntun dan bimbing
Langkahku ke luas cakrawala dunia
Pengetahuan kau kucurkan
Seperti sungai mengalir
Kureguk dengan riang dan senang
Basahi kerontang jiwa
Apa yang harus kudoakan untukmu
Selain keberkahan dan keselamatan
Semoga senantiasa mengalir padamu
Kerlip cahaya yang terpancar
Darimu untuk anak-anak negeri
Terangi gelap zaman
Tak redup tak silau
Pituturmu selalu berkilau
Teguhkan langkah
Arahkan agar tak kesasar
Susuri jalan asa masa depan
November 2021
Itulah sejumlah puisi untuk guru. Semoga Tuhan selalu memberikan limpahan berkah dan pahala kepada para guru kita. (ri-4)