BANJARNEGARA – Wilayah Banjarnegara di bulan Februari ini sudah memasuki puncak musim hujan. Selain meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga diimbau untuk melakukan mitigasi bencana di wilayah masing-masing.
Kepala Stasiun Geologi BMKG Banjarnegara, Setyoadjie Prayoedhie mengatakan, wilayah Banjarnegara yang berada di pegunungan tengah Jawa saat ini sedang memasuki puncak musim hujan. Dari pantauan BMKG, intensitas hujan di wilayah Banjarnegara khususnya daerah atas mencapai 500 mm.
“Ini tergolong tinggi. Karena, Februari ini sedang puncak-puncaknya musim hujan di Banjarnegara,” katanya, Senin (8/2).
Menurutnya, dengan karakteristik kontur tanah sedimen tebal, wilayah Banjarnegara memang sangat rawan bencana hidrometeorlogi, misalnya longsor, tanah bergerak dan banjir. Apalagi, vegetasi tutupan tanah lebih banyak jenis sayuran yang tidak atau kurang kuat menahan tanah.
“Saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama mudah memicu longsor,” ujarnya.
(Baca Juga: Pemkab Banjarnegara Bantu Rp 1 Miliar untuk Lima Daerah Bencana)
Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan di puncak musim hujan. Melalui mitigasi bencana di wilayah masing-masing diharapkan dapat mencegah bencana atau mengurangi risiko kerugian. Misalnya, dengan membersihkan selokan, memangkas pohon yang terlalu rindang atau pemantauan wilayah.
“Di Banjarnegara, warga sudah mulai melakukan mitigasi dengan bimbingan dari BPBD. Harapan kami mitigasi ini terus dilakukan,” ujarnya.
(Baca Juga: Bencana Tanah Gerak, 3 Rumah dan 1 Mushala di Desa Suwidak Dirobohkan)
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah di bagian utara Banjarnegara diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Selain menyebabkan longsor, hujan juga menyebabkan Sungai Brukah di Kecamatan Kalibening meluap.
Akibat dari peristiwa ini, sekitar 195 hektare sawah di 6 desa yang dilalui sungai tersebut terendam hampir satu pekan. Padahal, sekitar 110 hektare di antaranya sudah ditanami padi oleh petani.
Warga Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Agus menuturkan, sawahnya luas setengah hektare sudah terendam 4 hari. Sedangkan yang dekat dengan sungai malah sudah 6 hari tergenang.
“Jika tergenang seminggu lagi, bisa jadi tanaman mati,” kata Agus. (cs-2)