ILMU Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program pendidikan yang mengintregasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humonaria untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik.
Memerhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS dalam Kurikulum 2013 hendaknya para pendidik mampu menciptakan pembelajaran IPS yang menyenangkan dan mengasikkan bagi siswa, sehingga siswa menjadi lebih suka di sekolah.
Pemilihan metode dan model pembelajaran merupakan satu komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan model-model pembelajaran bertujuan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan yang lebih bervariasi bagi pembelajaran.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah Role Playing atau Bermain Peran. Metode yang dikenalkan oleh George Oliver dan Fannie ini dapat menjelaskan sejarah atau masalah pada masa lalu melalui pengulangan peristiwa yang diperankan oleh siswa, sehingga siswa dapat memahami peristiwa yang terjadi secara konkret.
(Baca Juga : Kompetensi Guru Bersertifikat di Era Disruptif)
Bermain Peran dapat untuk menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat dan kemampuan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja (Hidayati, 2002:91-92). Metode ini dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, psikomotor.
Dengan bermain peran, siswa yang awalnya pasif dapat aktif, sehingga siswa berminat lagi pada pembelajaran IPS. Diharapkan dengan meningkatnya minat siswa berdampak meningkatnya pemahaman siswa yang bermuara pada meningkatnya hasil belajar siswa.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah sosial. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, anak usia SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi anak SD dapat diperkenalkan dengan masalah-masalah sosial dengan pembelajaran IPS.
Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak dengan bermain peran atau role playing. Berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis, misalnya mengungkapkan kembali peristiwa sekitar perang melawan penjajah.
Bermain Peran
Melalui bermain peran, siswa “menjadi orang lain” dengan perilaku seperti orang lain yang diperankannya. Siswa dapat mengkonkretkan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu dengan mengalami secara langsung melalui peran-peran yang dimainkan. Siswa dapat melakukan dengan senang hati baik itu di rumah maupun di sekolah nantinya.
Ada tiga hal yang didapat dengan metode ini. Pertama, siswa merasa senang dalam belajar sehingga mudah terserap ilmunya. Kedua, orang tua sangat merasa senang karena berharap dengan anak mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan.
Ketiga, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan analisa di atas dengan teknik bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD pada mata pelajaran IPS. (ri-4)
Eni Amiatun, SPd SD, guru SD Negeri 2 Klinting, Gugus Puntadewa, Korwilcam Dindik Somagede, Kabupaten Banyumas.