PURWOKERTO – Kreativitas pengrajin sandal berbahan baku limbah ban atau ban bekas pakai di Kabupaten Banyumas, tepatnya di kampung Banaran Kelurahan Pasir Kidul Kecamatan Purwokerto Barat mengantarkan sandal bandol (ban bodol/ban rusak) tetap eksis hingga kini.
Kabupaten Banyumas sudah lama menjadi sentra produksi sandal bandol. Kerajinan ini pun telah di kenal masyarakat hingga wisatawan luar Banyumas. Dan di kenal sebagai oleh-oleh khas Banyumas.
Sayangnya, produksi jenis sandal ini sekarang tak seramai dahulu. Di tambah adanya pandemi Covid-19 yang melanda dua tahun belakangan ini. Tak sedikit pengrajin beralih atau menyabang ke sandal spon.
Baca Juga : tampil-di-sendratari-ksatria-singadipa-erna-husein-ini-luar-biasa
Muamal (66), pengrajin sandal bandol sejak delapan tahun lalu mengatakan, usahanya menurun drastis kala pandemi, sebab bahan baku yang di datangkan dari Jakarta pun tidak ada.
“Penjualan menurun tajam itu, drastis. Bahan baku dari Jakarta juga tidak ada, tidak bisa ke sini (Banyumas). Sekarang sudah mulai kembali mapan, Alhamdulillah,” ujar Muamal saat di temui Selasa (31/5/2022).
Namun Muamal tetap bertahan dengan selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produknya serta berinovasi. Muamal menuturkan keuletan, ketelitian, kualitas dan kreativitas itu yang terpenting.
“Sebenarnya peminat ya masih ramai, sehari-hari saya (Muamal) memproduksi pesanan, etalase juga belum sempat di isi lagi ini,”
Lebih lanjut, ia juga aktif memperkenalkan produknya dengan mengikuti lomba khusus di Kota Purwokerto yang di selenggarakan sebelum masa pandemi lalu.
Produk Muamal pun berhasil menyabet juara dalam lomba tersebut. Terbaru, produknya turut mejeng dalam event Peken Banyumasan di Kecamatan Banyumas, 14 Mei 2022.
Produk Muamal juga sudah mulai di pasarkan secara online.
Akan tetapi, Muamal belum mampu memproduksi dalam jumlah banyak, sehingga kebanyakan menggunakan sistem pre-order.
Umumnya di banderol drngan harga dari Rp 65 ribu hingga Rp 85 ribu.
“Produksi saya belum maksimal, sehari paling bikin tiga pasang sandal saja, tapi pesanan online sudah masuk,” kata Muamal.
Limbah Ban
Terbuat dari limbah ban atau karet, menjadikan sandal bandol memiliki beberapa kelebihan. Yakni awet, tidak mudah rusak dan bisa di pakai, baik keadaan basah maupun kering.
Di samping kelebihan, selalu ada kekurangan. Sandal bandol masih terkendala untuk masuk ke pasar anak muda.
Baca Juga : calon-jamaah-haji-banyumas-siap-berangkat-ini-lokasi-pemberangkatannya
Peminatnya mayoritas berada di rentang usia 30 tahun ke atas. Warnanya yang sulit untuk di inovasi pun menjadi salah satu kekurangannya.
Terakhir, Muamal menyampaikan harapannya kepada Pemkab Banyumas untuk secara nyata turut mempromosikan sandal bandol ini agar kembali naik dan semakin di kenal masyarakat.
“Setiap perayaan kemerdekaan (17 Agustus) kami mendapat banyak pesanan, baik masyarakat umum hingga pemerintahan. Ya semoga pemerintah bisa turut serta menaikkan sandal bandol ini,” pungkas Muamal.(MG01-7)