PURWOKERTO-Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A Purwokerto menyelenggarakan pembinaan kemandirian pembuatan kerajinan sapu glagah bagi warga binaan.
”Ada beberapa kegiatan pembinaan kemandirian untuk warga binaan. Pembinaan dikembangkan sesuai potensi sumber daya manusia. Minat dan bakat yang dimiliki dikembangkan ketrampilannya di dalam Lapas,” Kata Kepala Lapas Klas II A Purwokerto Sugito, usai tes urine bagi para pegawai di yang ada di Lapas Purwokerto, Kamis (17/6).
Menurut dia ada beberapa ketrampilan dan keahlian yang dikembangkan di dalam Lapas Klas II A Purwokerto untuk warga binaan (nara pidana/napi). Ada kerajinan membuat sapu glagah, kuliner, laundry, perikanan, pertanian, pangkas rambut dan las.
”Dari beberapa kegiatan kemandirian yang ada, kerajinan membuat sapu ini menjadi andalan pembinaan ketrampilan di Lapas Klas II A Purwokerto. Lapas Purwokerto menggandeng Pemkab Purbalingga untuk memberi ketrampilan membuat sapu glagah ,” ungkap Sugito.
Menurut dia, Lapas Klas II A Purwokerto memilih kerajinan membuat sapu ini karena prospek sapu glagah ini cukup bagus disamping untuk kearifan lokal yakni untuk melestarikan budaya daerah, mengingat sapu glagah sudah mulai punah di Purwoketo dan sekitarnya.
Hasil kerajinan sapu produk warga binaan Lapas Klas II A Purwokerto sudah ada pelanggan baik institusi maupun perorangan yang membelinya. Seperti Rumah Sakit Tentara (RST) Wijayakusuma atau DKT Purwokerto, merupakan institusi yang menjadi konsumen sapu glagah Lapas Purwokerto.
”Soal kualitas, sapu glagah produk Lapas Klas II A Purwokerto tidak kalah dengan produk yang dijual di supermarket. Sapu glagah Lapas Purwokerto mutunya terjamin,” imbuh Sugito.
(Baca Juga : Pegawai Lapas Purwokerto Dites Urine, Ini Hasilnya…)
Setia NKRI
Salah seorang warga binaan bernama Agus, yang merupakan salah seorang napi teroris yang telah menyatakan setia kepada NKRI. Ia juga menuturkan ketrampilan membuat kerajinan sapu yang diikutinya di Lapas Klas II A Purwokerto sangat bermanfaat.
”Setidaknya setelah keluar dari lapas, saya mempunyai ketrampilan membuat sapu yang bisa dimanfaatkan untuk bekal di tengah masyarakat,” ungkap Agus asal Purwodadi, Grobogan yang pernah ke Suriah.
Rustam, salah seorang warga binaan lainnya juga menuturkan dirinya merasa beruntung karena bisa mengikuti ketrampilan membuat sapu selama menjadi warga binaan di Lapas Purwokerto. Ketrampilannya bisa dimanfaatkan setelah keluar dari lapas.
Kalapas Purwwokerto Sugito menambahkan pembinaan kemandirian dengan membuat kerajinan sapu, adalah upaya memberi kerampilan bagi warga binaan dengan tujuan mereka punya ketrampilan dan keahlian.
”Dengan ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya diharapkan setelah bebas dari lapas, mereka punya ketrampian yang bisa dimanfaatkan selama di luar lapas. Minimal untuk menopang hidupnya sendiri,” terangnya.(sgt-3)