PURWOKERTO – Moro Purwokerto, siapa yang tidak kenal dengan mal yang satu ini? Bagi warga Purwokerto dan sekitarnya, Moro Purwokerto bukan hanya sekadar tempat berbelanja, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah dan identitas kota Satria. Namun, tahukah Anda bagaimana awal mula Moro Purwokerto berdiri dan apa yang menyebabkan mal ini tutup? Yuk, simak ulasan berikut ini!
Sebelum menjadi mal, komplek Moro Purwokerto dulunya merupakan Pabrik Gula di masa kolonial Belanda. Usai tutup seperti pabrik-pabrik gula yang lain, komplek tersebut dibangun Isola (Istana Olahraga) yang sangat megah. Gedung Isola tersebut dikhususkan untuk cabor bulu tangkis. Bentangan gedungnya dari yang kini Rita Isola hingga ke Moro.
Moro Purwokerto berdiri megah sejak tanggal 17 Desember 1997 yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan Purwokerto Kulon, kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Bangunan ini menjadi salah satu pusat perbelanjaan yang cukup luas dan besar di wilayahnya. Dengan bangunan empat lantai, Moro tidak hanya menyediakan berbagai macam produk dan layanan, tetapi juga menawarkan fasilitas parkir yang aman dan nyaman bagi pengunjung dengan area parkir yang luas untuk sepeda motor dan mobil.
Moro Purwokerto tidak hanya menjadi pusat perbelanjaan, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Purwokerto dan Banyumas secara keseluruhan. Moro Purwokerto merupakan salah satu pusat perbelanjaan tertua yang berdiri kokoh di pusat kota Purwokerto. Dibangun bertahun-tahun yang lalu, Moro Purwokerto telah menjadi saksi bisu bagi perkembangan dan transformasi kota ini.
Dikenal sebagai tempat yang menyediakan berbagai macam kebutuhan. Mulai dari produk sehari-hari hingga barang-barang eksklusif, Moro Purwokerto telah menjadi destinasi favorit bagi para pengunjung yang mencari pengalaman berbelanja yang lengkap dan nyaman.
Moro Purwokerto juga memiliki signifikansi yang dalam bagi masyarakat Purwokerto dan Banyumas secara luas. Selain menjadi tempat untuk berbelanja, Moro Purwokerto juga menjadi titik pertemuan sosial bagi beragam kalangan. Moro Purwokerto bukan sekadar bangunan, tetapi menjadi bagian dari sejarah hidup masyarakat Purwokerto. Dari berbagai peristiwa dan momen penting, hingga keberadaannya yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, Moro Purwokerto telah menciptakan memori yang tak terhapuskan bagi banyak orang.
Sayangnya, masa kejayaan Moro Purwokerto seolah telah sirna karena bersaing dengan toko modern lain dan gelombang tren belanja online. Sejak pandemi Covid-19 melanda, Moro Purwokerto mengalami penurunan omzet yang signifikan. Selain itu, Moro Purwokerto juga memiliki hutang bank yang tidak bisa dibayar dan para pemegang saham akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis tersebut.
Pada tahun 2023, Moro Purwokerto mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga Semarang. PKPU adalah upaya hukum yang dilakukan oleh debitur atau kreditur untuk menunda kewajiban pembayaran utang sementara waktu agar dapat melakukan perundingan dengan para kreditur untuk mencapai kesepakatan penyelesaian utang. Namun, upaya tersebut tidak berhasil.
Moro Purwokerto, mal legendaris yang sudah 25 tahun mewarnai kota Satria, kini tinggal kenangan. Bagi banyak orang, Moro Purwokerto bukan hanya sekadar tempat berbelanja, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah dan identitas kota Purwokerto. Semoga Moro Purwokerto bisa bangkit kembali dan menjadi pusat perbelanjaan yang ramai dan berkualitas seperti dulu.