Suara Banyumas - Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
SUARA BANYUMAS
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Suara Banyumas - Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Beranda Topik Nasional

Sejarah Stasiun Timur Harus Diabadikan

Minggu, 19 Januari 2025
Topik Nasional, Topik
A A
SISA REL BELANDA: Sisa-sisa rel perusahaan kereta api Hindia Belanda Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) di komplek Stasiun Timur, bulan Agustus 2019 lalu. (dok TACB Banyumas)

SISA REL BELANDA: Sisa-sisa rel perusahaan kereta api Hindia Belanda Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) di komplek Stasiun Timur, bulan Agustus 2019 lalu. (dok TACB Banyumas)

PURWOKERTO – Pemerhati sejarah dari Banjoemas History and Heritage Community (BHHC) menilai sejarah keberadaan Stasiun Timur Purwokerto tetap harus diabadikan. Meskipun pembangunan Purwokerto City Center (PCC) tetap dilaksanakan.

Menurut pegiat BHHC, Jatmiko Wicaksono, dari hasil penelusurannya, stasiun tersebut dibangun oleh Serajoedal Stoomtram Maatscahappijc (SDS), sekitar tahun 1896. Namun, nama Stasiun Timur baru disematkan sejak tahun 1915.

“Stasiun ini didirikan untuk memperlancar pengiriman komoditas gula ke Benua Eropa dan Amerika. Dahulu di karesidenan Banyumas ada Pabrik Gula (PG) Kalibagor yang dibangun tahun 1839, PG Bojong (1888), PG Klampok (1889) dan PG Kaliklawing (1891),” jelasnya di sela pameran arsip di halaman Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Banyumas, Kamis (3/10).

BacaJuga

Indosat Ooredoo Hutchison Catat Kinerja Solid di Kuartal I 2025, Perkuat Fondasi Digital dan AI Indonesia

Owner Casa de Lani Resort and Convention berjabat tangan dengan Sekda Banyumas, Agus Nur Hadie pada peluncuran hotel ini, Kamis (24/4/2025) malam.

Sektor Perhotelan Banyumas Makin Berkembang, Casa de Lani Resort & Convention Baturraden Menambah Pilihan Berwisata di Banyumas

Jatmiko bercerita, JF de Ruyter de Wildt, administratur PG Klampok mengusulkan pembangunan jalur kereta api untuk mengamankan pasokan gula yang rusak diperjalanan. Sebab, proses pengiriman yang melewati jalur sungai Serayu terlalu lama.

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Yogyakarta ini mengatakan, tahun 1983 Pemerintah Belanda menyepakati konsensi dan operasi jalur kereta SDS dengan biaya kurang lebih f 1.500.00. Jalur pertama dibuat melintasi Maos-Rawalo-Panisinan-Tinggartugu-Glempong-Sidabowa-Tanjung dan Purwokerto sepanjang 29 kilometer.

“Stasiun ini memiliki fasilitas lengkap. Ada terminal bongkar muat, <I>turntable<P>, bengkel, depo kereta, lima buah emplasemen, perkantoran, hotel, fasilitas olahraga dan taman hingga rumah administratur serta karyawan. Lokasinya terletak di Desa Kranji, yang berpusat di Paguwan (sekarang kantor Bupati Banyumas) dan Kota Lama di Pasar Wage Purwokerto,” jelasnya.

Jalur pertama itu, kata dia, juga menghubungkan stasiun dengan pabrik gula baru bernama Suikerfabriek Purwokerto. Belakangan, pabrik ini telah berubah menjadi pusat perbelanjaan.

Masih Aktif

Pembangunan jalur kereta dilanjutkan hingga ke arah Banjarnegara sampai Selokromo Wonosobo tahun 1915. Saat itu jalur Staats Spoorwagon (SS) antara Cirebon Kroya juga melewati Kota Purwokerto.

“Sejak tahun 1917, Purwokerto punya dua stasiun yaitu milik SDS (Stasiun Timur dan milik SS (Stasiun Barat) yang masih aktif hingga saat ini,” urainya.

Menurut Jatmiko, pada masa kemerdekaan, Stasiun Timur dibakar oleh tentara Republik Indonesia. Hampir 50 persen bangunan hancur tak bersisa. Akibatnya, Djawatan Kereta Api Indonesia, mulai menyederhanakan fasilitas dan fungsinya.

Dalam kurun waktu 30 tahun, jalur KA Purwokerto-Wonosobo mengalami penurunan jumlah penumpang. Akhirnya, tahun 1980an, jalur ini dinonaktifkan dan dialihfungsikan sebagai emplasemen bongkar muat PT Pupuk Sriwijaya hingga tahun 2008. Meski tak aktif lagi, sisa-sisa bangunan masih terlihat jelas sampai sekarang.

“Sejarah panjang itu, akan segera hilang dengan hadirnya pusat pertokoan modern. Lagi-lagi warisan budaya dan sejarah Banyumas terancam akan hilang dan sulit ditelusuri lagi,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Seksi Sejarah dan Purbakala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Carlan mengatakan, sesuai kajian yang dilakukan beberapa waktu lalu, TACB meminta pelaksana proyek pembangunan Purwokerto City Center (PCC) tetap mempertahankan satu benda diduga cagar budaya di komplek stasiun lama. Meski sebenarnya kawasan Stasiun Timur belum masuk pada daftar 59 cagar budaya BPCB.

“Namun, karena sifatnya kawasan dan memiliki nilai sejarah, TACB dan BPCB tetap merekomendasikan untuk mempertahankan dan melestarikan satu dari tiga gerbang gudang yang masih ada,” kata Carlan. (K35-52)

BagikanBagikanPinBagikanBagikanKirim
Sebelumnya

Banyumas Perlu Kembangkan Wisata Alternatif

Selanjutnya

PSCS Berjuang Lewati Lubang Jarum

Artikel Lainnya

Honda Premium Matic Day Hadir Di Purwokerto

Pendaftar Gelombang 1 Tegal Muhammadiyah University Naik Hampir 20 Kali Lipat

Sorotan

Pilihan

Banyumasiana

Cerita & Jelajah

Topik

Serba - Serbi

Tren Digital

Inovasi & Teknologi
  • Profil
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Ketentun
DMCA.com Protection Status
©2025 Suara Banyumas

Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan

© 2025 Suara Banyumas

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In