CILACAP – Kelompok tani Sekar Mukti di Desa Limbangan, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap tengah merasakan hasil manis dari pengembangan tani hortikultura berupa durian kani.
Bagaimana tidak, satu pohon durian dengan nama latin Durio zibethinus di sana mampu menghasilkan hingga Rp 1,8 juta saban panen.
Tani durian di Desa Limbangan dipusatkan di area perkebunan Dusun Nangkapeusar. Lokasinya berada di dataran tinggi berbentuk lereng.
Kades Limbangan, Harsono mengatakan, lahan tersebut merupakan tanah desa. “Semula tanah ini tidak produktif, dengan status tanah milik desa. Sebagian digunakan untuk areal makam,” kata Harsono kepada SuaraBanyumas, Kamis (23/1).
Kemudian, lahan kosong tersebut dimanfaatkan untuk pertanian hortikultura berupa durian. Bibitnya merupakan bantuan dari Provinsi Jawa Tengah melalui program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air (PLKSDA).
Durian yang ditanam jenis kani, dikenal juga montong daun lebar. “Durian mulai ditanam sejak 2012 lalu,” kata dia.
Saat itu, benih yang ditanam sekitar 600 bibit. Dalam perjalanannya, sejumlah benih yang ditanam mati. Hingga akhirnya, nyaris tanaman yang hidup dan produktif kisaran 400-500 tanaman.
“Awalnya itu sempat pesimis, bakal jadi apa nggak. Namun kami berkeyakinan bisa. Apalagi dengan pendampingan dan bimbingan dari penyuluh pertanian di sini. Alhamdulillah hasilnya memuaskan,” kata dia.
Diceritakan, tanaman durian sudah mulai berbunga sejak umur tiga tahun. Saat itu petani sudah bisa merasakan manisnya bertani hortikultura berupa durian. “Namanya masih awal, saat itu bunga masih banyak yang rontok. Tapi hasil panen relatif bagus,” kata dia.
Hasil panen mulai maksimal di tahun ke empat. Sebagian tanaman yang semula belum menghasilkan, pun sudah tumbuh bunga dan akhirnya berbuah.
Tak hanya itu, bunga yang rontok semakin jarang, sehingga hasil panen kian maksimal. “Sejak saat itu, hasil produksi durian semakin maksimal, hingga saat ini,” kata dia.
Saat ini, lanjut dia sudah masuk panen yang ketiga. Masyarakat sudah merasakan manisnya produksi, karena hasil panen cukup melimpah.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Wanareja, Surur Hidayat menghitung, satu pohon durian di sana bisa menghasilkan 50-60 kilogram tiap panen. Produksi serupa juga dirasakan pada musim panen kali ini.
Kepincut
Tak hanya hasil produksi, durian di sana sudah banyak diminati konsumen. Harga jual yang relatif terjangkau, menjadikan konsumen kepincut.
Tak jarang, peminat yang berdatangan langsung ke lokasi tanaman. Maka tak ayal, kebun durian di sana telah menjadi wisata petik durian.
“Harga jual di sini murah, masih dijual Rp 35.000 per kilogram. Jadi estimasi hasilnya, ketika produksi 60 kilogram dikali harga jual, itu menghasilkan Rp 1,8 juta per pohon tiap panen,” kata Surur Hidayat.
Dijelaskan, tingginya produksi durian di wilayah itu tidak terlepas dari kondisi tanah dan alam yang mendukung. Sudah begitu, semangat petani dalam merawat tanaman juga tinggi.
“Seperti inilah hasilnya, ketika petani memiliki semangat tinggi. Produksi melimpah, hasilnya laris di pasaran, petani jadi untung,” kata dia.
Lebih lanjut disampaikan Surur, bahwa tani hortikultura berupa buah-buahan telah berkembang luas di Wanareja. Yang khas di sana, tani buah yang dikembangkan tidak sama.
Karena itu, tiap desa memiliki ikon buah sendiri, menyesuaikan dengan kondisi wilayah. “Desa Limbangan punya durian, Madura punya melon golden, Majingklak punya buah naga. Begitu juga dengan desa lainnya. Jadi tiap desa punya ikon sendiri, dengan semangat dan hasil yang serupa,” kata dia.
Diceritakan, modal awal petani berupa semangat, ditunjang dukungan kondisi wilayah. Dukungan kebijakan juga didapatkan dari pemerintah desa, kecamatan hingga tingkat kabupaten.
Kemudian pihaknya berupaya memetakan lokasi strategis untuk pengembangannya. “Dari proses yang dilakukan, akhirnya tercipta pengembangan tani hortikultura berupa buah-buahan, dengan jenis yang beragam di tiap desa,” kata dia. (tg-52)