BANYUMAS-Belum adanya standarisasi produk hingga persaingan makin ketat jadi tantangan perajin genteng Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang. Mereka juga menghadapi krisis tenaga kerja.
Peengusaha genteng Pancasan, Ahmad Sofie mengatakan sejumlah langkah terus dilaksanakan untuk mendukung keberlangsungan produksi unggulan rakyat Banyumas itu. Lesunya pasar dan ketergantungan kredit sering membuat banyak perajin genteng terpaksa banting harga.
“Langkah ini dilaksanakan agar perputaran uang dan modal bisa tetap terjadi. Yang penting genteng bisa laku di pasaran dan mereka bisa terus produksi,” jelasnya.
Dijelaskan Sofie, sejak beberapa tahun terakhir sentra industri genteng juga mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja. Meningkatnya tingkat pendidikan warga lokal menjadikan sebab warga lokal enggan meneruskan usaha produksi genteng. Kini kebanyakan pekerja sentra genteng Pancasan sebagian merupaka warga luar desa.
“Mereka yang telah lulus SMA ke atas, sekarang banyak terserap di pabrik semen, obyek wisata dan industri lainnya di wilayah Ajibarang dan kota lainnya. Sementara yang masih bekerja di genteng hanya lulusan sekolah di bawah SMA dan juga warga umum yang umurnya rata-rata lebih dari 40 tahun termasuk perempuan,” jelasnya.
Terkait hal itulah, ia tak memungkiri jika saat ini banyak warganya yang menggeluti produksi genteng mengalami kendala dalam merekrut pekerja di rumah produksinya. Selain pekerja lama, kini sebagian pekerja produksi genteng Pancasan merupakan warga di luar desa. Apalagi pekerjaan di produksi genteng merupakan pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra.
“Makanya untuk mengatasi permasalahan krisis tenaga kerja sekaligus untuk mendorong kuantitas dan kualitas produksi genteng Pancasan yang lebih baik, kami berharap agar pemerintah bisa memfasilitasi pengadaan mesin pencetak genteng untuk para perajin,” katanya.
Perajin genteng lainnya, Sobirin mengatakan saat ini untuk memperluas pemasaran perajin dan pedagang genteng terus merambah ke luar provinsi. Pasar genteng Pancasan tidak hanya di tingkat lokal saja, wilayah Jawa Barat mulai dari Cirebon, Tasikmalaya, Bandung telah mulai dirambah produk genteng Pancasan.
“Kami terus mengekspansi pasar genteng untuk bisa menjaga kberlangsungan produksi genteng di sini. Kami berharap agar pemerintah semakin mendukung termasuk kebijakan penggunakan produk genteng Pancasan di proyek pemerintah ataupun swasta sebagai kebijakan produk lokal Banyumas. Karena secara kualitas, kamipun siap bersaing,” ujarnya.
Seperti diketahui jumlah perajin genteng di Desa Pancasan berjumlah sekitar 700 rumah tangga produksi. Ketergantungan bahan baku yang masih berasal dari Purbalingga, serta belum lolosnya uji standarisasi genteng di tingkat nasional juga masalah tersendiri. Meski belum ada standarisasi, namun produk genteng lokal Banyumas dan dipasarkan hingga Tegal, Brebes hingga kawasan Jawa Barat bagian selatan. (K37-)