BANJARNEGARA – Sukarelawan dinilai menjadi ujung tombak di lapangan dalam setiap peristiwa bencana. Meski demikian, terkadang peran sukarelawan ini tidak mendapat perhatian saat kondisi sedang normal.
Hal tersebut disampaikan oleh M Haidar dari Museum Gempa Prof Sarwidi Yogyakarta, saat sosialisasi kepada sejumlah sukarelawan di Pendapa BPBD Banjarnegara. Menurutnya, Banjarnegara merupakan daerah yang rawan gempa.
“Ada potensi bencana gempa, yang tidak bisa diprediksi. Bencana ini bisa terjadi sewaktu-waktu,” katanya.
Menurutnya, upaya meminimalisasi risiko bisa dilakukan dengan mitigasi bencana serta kesiapsiagaan masyarakat. Selain itu, juga perlu adanya koordinasi lintas sektoral.
“Dan tidak kalah pentingnya, kesiapan sukarelawan yang selalu menjadi ujung tombak dalam penanganan bencana,” jelanya.
Dikatakan, sukarelawan perlu mendapat perhatian meskipun saat kondisi normal. Karena itu, pihaknya akan menyelenggarakan program untuk meningkatkan kapasitas sukarelawan bencana.
“Kami dari Museum Gempa Prof Sarwidi akan melakukan pelatihan untuk sukarelawan menjadi asesor untuk pendataan bangunan tahan gempa,” katanya.
Menurutnya, melalui pelatihan itu diharapkan sukarelawan menjadi asesor bersertifikasi yang bisa melakukan asesmen bangunan tidak tahan gempa di Banjarnegara. Sehingga, dengan kompetensi tersebut tidak perlu mendatangkan asesor dari luar Banjarnegara.
“Sehingga nanti ada commercial fee, sehingga bisa memperkuat ekonomi keluarga sukarelawan,” terangnya.(K36-)