Menerapkan manajemen kualitas terpadu pada sistem perkuliahan masa pandemi ini cukup sulit. Sebab, jarak, ruang menjadi sekat kendala utama.
PANDEMI covid-19 memberikan dampak yang signifikan dalam pendidikan di Indonesia. Pendidik yang awalnya bisa bersemuka dengan anak didik, harus beralih dengan memanfaatkan teknologi. Kendati demikian, masyarakat harus beradaptasi melalui telepon pintar atau gawai.
Tak ketinggalan, perguruan tinggi di Indonesia pun mulai dalam penyelenggaraan program pendidikannya. Program tersebut dikenal sebagai program kuliah daring atau sistem e-learning / online learning. Kuliah daring dipahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang peserta pendidiknya dan pengajar berada di lokasi terpisah.
Pemerintah tentunya memikirkan cara penerapan agar perkuliahan tetap berjalan dengan maksimal. Selain itu, seluruh lapisan masyarakat di Indonesia juga dapat mengikuti program ini. Mahasiswa yang berada diluar daerah tetap bisa mengakses perkuliahan tanpa meninggalkan rumah dan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Teknologi memang memungkinkan perkuliahan dapat diakses di rumah. Selain itu, mahasiswa juga dapat menggunakannya untuk bekerja atau memulai bisnis. Masa-masa kuliah digunakan untuk menggali potensi atau ketrampilan dalam berbagai bidang selain dalam bidang akademik.
(Baca Juga: Sejumlah Kampus Terapkan Kuliah Daring)
Persoalannya, bagaimana cara menerapkan Manajemen Kualitas Terpadu (MKT) pada kondisi pembelajaran daring seperti pada masa pandemi ini. Santoso (1992) menggambarkan, MKT merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasaan pelanggan, dengan melibatkan semua anggota organisasi. MKT adalah bagian dari Total Quality Manajement (TQM).
Manajemen Kualitas Terpadu ini akan dapat diukur berhasil atau tidaknya berdasarkan kepuasaan pelanggan. Artinya, pendidikan harus memberikan pelayanan kepada pelanggannya, dimana yang di maksud dengan pelanggan pendidikan ini meliputi pelanggan internal dan pelanggan ekternal. Pelanggan internal adalah mahasiswa, dosen, dan staf tata usaha, sedangkan pelanggan eksternal adalah orangtua siswa, pemerintah dan masyarakat.
Persoalan
Agar memenuhi kualitas tersebut, maka perguruan tinggi harus melakukan banyak persiapan. Seperti pembenahan dan revitalisasi, baik dari segi infrastruktur, sarana prasarana, dan sumberdaya yang mumpuni untuk menghadapi perkuliahan daring.
Persoalan yang kerap dihadapi yakni materi yang tidak dapat dipahami, karena mahasiswa kurang mampu menyerap teori yang disampaikan. Selain penguasaan materi, hal ini tentu berdampak pada kepuasan para mahasiswa.
Kondisi tersebut menyebabkan mahasiswa seringkali tidak serius saat mengikuti perkuliahan. Di sisi lain, pengawasan orang tua yang sangat minim karena tidak menguasai teknologi atau tidak memahami materi yang disampaikan.
Poin selanjutnya, respek terhadap semua orang. Stakeholder di pendidikan tinggi dianggap memiliki potensi, sehingga setiap orang yang ada di organisasi diperlakukan dengan sebaik-baiknya dan diberi kesempatan untuk berprestasi, berkarir dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Perkuliahan daring ini mengurangi kemungkinan pemantauan kualitas sumber daya. Sebab, seluruh penilaian dilakukan secara jarak jauh. Mahasiswa juga kesulitan mengembangkan keahlian dan pengetahuannya di luar kampus.
Poin ketiga, keberhasilan pelaksanaan MKT ini menjadi tanggung jawab dari manajemen puncak yaitu Rektor. Implikasinya adalah kepemimpinan menjadi alat dalam menerapkan MKT yang harus memiliki visi dan misi atau pandangan jauh yang jelas kedepannya. Dengan pola perkuliahan di masa pandemi ini, sangat sulit menentukan arah visi misi dari pimpinan pendidikan tinggi.
Bila kondisi ini terus menerus terjadi, dikhawatirkan akan berdampak kepada luaran pendidikan tinggi. Lulusan yang akan melamar pekerjaan atau memutuskan berwirausaha akan kesulitan sebagai akibat dari kurangnya bekal ilmu, keahlian dan pengalaman tidak semaksimal sebelum masa pandemi. Dengan demikian, tiada kata lain, pemerintah harus segera membuat kebijakan yang tepat agar wabah Covid-19 segera berakhir.
Bentik Aldilla, Mahasiswa Angkatan 2019, Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed Purwokerto