PURWOKERTO – Dalam rangka menyambut perayaan tahun baru Imlek, Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan (Puhua School) Purwokerto menggelar kompetisi memasak mi mocaf antar SMA/SMK se-eks Karesidenan Banyumas.
Ajang ini sekaligus untuk mendukung gerakan pangan berbasis diversifikasi pangan lokal. Tercatat ada sebanyak 21 sekolah yang berpartisipasi dalam kompetisi yang memperebutkan piala Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono ini.
Menurut Ketua Yayasan Putera Harapan Banyumas, Yudi Sutanto, kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mempopulerkan mocaf atau tepung singkong modifikasi kepada masyarakat luas.
Baca Juga : Siswa SD Puhua Buktikan Air Mengalir dari Bawah ke Atas hingga Garpu Bisa Terbang
”Mocaf tentu bila disajikan dengan baik, tentu tidak kalah rasanya dengan bahan makanan lainnya. Mudah-mudahan ini bisa membudaya,” ungkapnya di sela-sela kompetisi.
Sekretaris Yayasan Putera Harapan Banyumas, Kartika Wijaya menambahkan, sebenarnya even kompetisi memasak mi mocaf diangkat, sekaligus sebagai bentuk perhatian terhadap para petani mocaf.
”Ini lho ternyata ada deman (permintaan) terhadap mocaf yang dihasilkan para petani,” ujar dia.
Dalam acara ini, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia yang memiliki petani mocaf. Harapannya, apa yang sudah berlangsung selama ini bisa berkelanjutan melalui program-program yang lain.
Sementara Chef Stefu Santoso dari Asosiasi Profesional Kuliner bersama Chef Steby Rafael (Chef Selebriti Kualibarbar TransTV) yang menjadi juri , mengatakan mocaf memiliki keunggulan. Di antaranya bebas gluten yang sangat berguna untuk mendukung program diet.
Selain itu, tepung singkong ini juga termasuk kategori high fiber, sehingga sangat mudah untuk dicerna. Dengan begitu, bila mocaf dikonsumsi akan baik sekali bagi tubuh.
Baca Juga : Ringankan Beban Warga, Puhua Salurkan 1.000 Paket Sembako
Chef Steby Rafael mengaku terkejut atas kreasi para peserta yang masih duduk di bangku SMA/SMK, namun sudah mampu menyajikan hidangan berbahan mocaf dengan sangat bagus.
”Kreasi yang dihasilkan anak-anak ini cukup bagus. Bahkan benar-benar layak untuk diproduksi secara massal,” nilai dia.(*-7)