CILACAP – Harga buah jeruk di Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap, akhir-akhir ini tengah melonjak. Padahal, wilayah tersebut sudah sejak lama telah menjadi penghasil buah berkandungan vitamin C tinggi tersebut.
Seorang penjual buah di wilayah tersebut, Aminah mengatakan, harga buah jeruk saat ini berkisar Rp 20.000 per kilogram. Padahal hitungan bulan sebelumnya, ia masih bisa menjual jeruk kisaran Rp 15.000 per kilogram.
Bahkan saat musim panen jeruk di wilayah itu, ia biasa menjual Rp 12.000 per kilogram. “Kalau panennya lagi melimpah banget, harganya bisa Rp 10.000 per kilogram. Kadang malah lebih murah,” kata Aminah ditemui SuaraBanyumas, Kamis (9/1).
Disampaikan, tingginya harga buah jeruk karena pengaruh dari pemasok. Sejauh ini, jeruk di wilayah itu dipasok dari luar daerah. “Jeruk yang masuk sini kebanyakan dari Jember, Jawa Timur,” kata dia.
Karena itu, perkembangan harganya ditentukan oleh pemasok. Selanjutnya, harga jual di tingkat pedagang mengikuti.
“Dalam beberapa bulan terakhir ini, harga jual jeruk dari pemasok sudah naik. Jadinya pedagang di sini mengikuti,” kata dia.
Penjual buah lainnya, Darsiyem mengatakan, untuk stok jeruk di wilayah tersebut tidak ada masalah. Sekalipun mengandalkan dari luar daerah, stok buah itu tetap banyak.
“Hanya memang, dari sananya sudah naik. Jadi di tingkat pedagang juga mengikuti. Lha wong namanya juga jualan,” kata dia.
Musiman
Berbeda ketika di wilayah tersebut tengah musim panen. Harga jeruk tidak pernah mahal, apalagi sampai mencapai Rp 20.000 per kilogram.
“Jeruk di sini produksinya cukup banyak, tapi musiman. Jadi kalau tidak musim panen, pedagang ambilnya dari luar daerah,” kata Darsiyem yang juga petani jeruk setempat.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Karangpucung, Wasiran mengatakan, tani jeruk di wilayah kerjanya sudah berkembang sejak era 1980an. Tani hortikulultura itu dikembangkan oleh ribuan petani.
Merujuk data Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Karangpucung, tanaman jeruk di wilayah itu seluas 272 hektare, dengan jumlah sekitar 114.000 tanaman. Pengembangannya tersebar pada 14 desa yang ada di kecamatan itu.
Jeruk yang dikembangkan, umumnya jenis siyem atau siam. Jenis jeruk ini memiliki kekhasan rasa manis dan banyak kandungan airnya.
Untuk produksinya, setiap tanaman rata-rata menghasilkan 40- 50 kilogram. Selain di tingkat lokal, hasil produksi itu banyak dipasarkan ke sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Semarang.
“Produksi jeruk di sini memang cukup melimpah. Hanya memang, produksinya musiman, tidak setiap saat,” kata Wasiran.
Musim panen jeruk di wilayah itu, umumnya berlangsung dalam bulan Juni-Juli. Musim panen jeruk umumnya berlangsung sekitar 3-4 bulan. (tg-52)