BANYUMAS – Warga Desa Windunegara, Kecamatan Wangon kukuh menolak pembangunan pabrik pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Wacana pembangunan pabrik ini memang sudah didengar warga sejak 2017.
Kini warga juga telah membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Desa Windunegara (FKMDW), sebagai salah satu wadah untuk menyampaikan aspirasi tersebut secara kolektif kepada berbagai pihak. Spanduk-spanduk penolakan pabrik B3 ini juga dipasang di sejumlah tempat strategis antara lain gapura, jalan, dan rumah warga.
Ketua Forum FKMDW Sugeng Haryadi menjelaskan, penolakan itu didasarkan karena lokasi yang diwacanakan menjadi pabrik tersebut berdekatan dengan pemukiman penduduk, fasilitas jalan umum, dan daerah†aliran sungai. Bahkan warga juga telah membubuhkan tanda tangan penolakan tersebut, Sabtu (15/2).
“Sebelumnya warga melakukan penolakan terhadap lokasi ini sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Makanya ketika mendengar info lokasi ini akan dibangun pabrik B3 maka warga menyatakan penolakan lagi,” jelasnya.
Selain membentuk wadah kolektif berupa FKMDW, masyarakat juga telah menggandeng kuasa hukum untuk membantu langkah hukum jika dipandang perlu dilakukan. Mereka akan terus berjuang agar pabrik pengolahan limbah B3 di lokasi yang dulu menjadi lahan pembuangan sampah, tidak sampai terwujud.
Warga setempat, Suhendro juga mengaku khawatir jika pembangunan pabrik pengolah limbah B3 itu dibangun maka berdampak negatif bagi warga dan lingkungan sekitar. Untuk itulah aspirasi penolakan pembangunan pabrik B3 yang pernah diinformasikan kepada warga semakin gencar.
“Jika pabrik pengolahan limbah B3 medis tersebut dibangun, dikhawatirkan dapat mengganggu ekosistem sungai sekitar, sawah, dan mencemari lingkungan,” katanya usai bersama warga lain menandatangani pernyataan penolakan pabrik B3 di rumah Sri Muningsih yang menjadi posko FKMDW, Sabtu (15/2).
Tak hanya soal dampak negatif terhadap lingkungan, pembangunan pabrik pengolah limbah B3 ini dikhawatirkan bisa posisi harga tanah di sekitar lokasi. Akibatnya hal ini akan semakin merugikan warga secara ekonomi. “Bisa jadi kalau ada investor akan lari, jika benar-benar di sini akan dibangun pabrik itu,” tuturnya. (K37-60)