Sebagian orang mungkin mengenal wayang hanya dalam bentuk wayang kulit dan wayang golek yang sudah populer sebagai bagian dari kekayaan budaya di Indonesia. Berbeda dengan keduanya, Desa Hanum, Kecamatan Dayeuhluhur, Cilacap memiliki jenis wayang yang cukup unik, yakni Wayang Hoe.
Adalah Ceceng Rusmana (43), pegiat budaya yang tinggal di Desa Hanum yang masih mempertahankan keberadaan wayang yang dianyam dari kayu rotan tersebut. Menurut Ceceng, Wayang Hoe buatannya merupakan modifikasi dari wayang dahan, jenis wayang yang dibuat dari ranting pohon singkong.
“Wayang hoe ini seperti boneka. Dulu dibuat orang tua saat istirahat bekerja di kebun untuk anaknya supaya bermain sendiri. Saya belajar membuat dari melihat buatan bapak,” kata pria yang menjadi Ketua Lembaga Adat Desa Hanum ini.
Meski karakter yang mampu dibuat sangat terbatas, seperti ada yang mirip Kresna, Bima, Gatotkaca dan Suyudana, Ceceng mengatakan, wayang rotan mampu memunculkan imajinasi anak-anak, ceritanya pun sekadar hiburan. Pun demikian dengan bentuk wayangnya.
“Agar terlihat lebih menarik, ada variasi anyaman di kepala atau badan,” tambah Ceceng.
Ceceng menuturkan, Wayang Hoe merupakan bentuk kearifan lokal sekaligus permainan tradisional anak di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pertalian dua budaya tersebut memunculkan karakter tersendiri.
Meski demikian, lanjut Ceceng, keunikan budaya ini justru kerap tidak mendapat tempat dan perlindungan dari pemerintah setempat. Dia berharap, adanya perlindungan dan porsi khusus dalam upaya pelestarian terhadap tradisi.
Baca : Menilik Toko Roti Go, Toko Roti Tertua di Indonesia
Menurut dia, banyak yang harus dilindungi, utamanya pelaku adat tradisional Sunda, dialek dan bahasa, produk budaya, serta pengembalian hak-hak pengelolaan wilayah keramat yang diklaim oleh pihak Perhutani, seperti Gunung Kentra.
“Kami minta pengelolaannya dikembalikan kepada Masyarakat Adat Desa Datar,” tegasnya.
Ceceng mengungkapkan, dalam inventarisasi Lembaga Adat Desa Hanum, saat ini tercatat Wayang Hoe merupakan kreasi dari Darkim S, warga Dusun Rimpaknangsi.
“Tokoh ini merupakan sosok yang mempopulerkan Wayang Hoe,” ungkap bapak dua anak yang mewakili Cilacap pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Jakarta ini. [NS]