PURBALINGGA – Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengusulkan kerajinan wayang suket (rumput) serta dua kuliner lokalnya, nopia dan soto kriyik menjadi warisan budaya takbenda tahun 2020. Ketiga warisan budaya intangible telah memasuki tahap pengusulan untuk ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purbalingga, Rien Anggraeni menuturkan, ketiganya sudah melewati tahap pendokumentasian, pengkajian serta penyusunan naskah akademis sejak tahun 2017. Seluruh dokumen telah dikirimkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.
“Untuk nopia dan wayang suket sudah lengkap. Soto kriyik masih ada perbaikan untuk dokumentasinya,” ujarnya, Jumat (28/2).
Dia menjelaskan, wayang suket buatan Mbah Gepuk merupakan kerajinan asli Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang. Wayang ini masih eksis di tangan dua orang generasi penerus, Bodriyanto yang merupakan cucu Mbah Gepuk serta Ikhsanuddin yang mempelajari rajutan wayang rumput secara otodidak.
Wayang berbahan rumput kasuran kini tengah dikembangkan sebagai cinderamata khas Purbalingga. Bahkan menjadi inspirasi motif batik.
Sementara Soto Kriyik merupakan kreasi Karsini yang sekaligus menjadi nama gerai tersebut. Kuliner yang sudah berusia lebih dari 50 tahun itu kini dikelola oleh generasi kedua.
“Untuk kue nopia asli Purbalingga itu dibuat dari adonan tepung yang didalamnya berisi adonan gula Jawa,” tuturnya.
Rien mengatakan, proses pendokumentasian hingga penyusunan naskah akademik tersebut melibatkan kalangan pekerja seni hingga akademisi selama kurang lebih 3 tahun. Pihaknya juga tengah mengkaji ritual Sikopyah di Desa Serang, Kecamatan Karangreja serta sejumlah permainan dan olahraga tradisional.
“Itu sedang masuk tahap pengkajian,” ujarnya. (K35-60)