Willem Tutuarima
SEMARANG – Tokoh senior PDI di Jawa Tengah, Willem Tutuarima, menegaskan pentingnya konsolidasi internal partai demi menjaga kekuatan dan soliditas PDI Perjuangan. Menurutnya, kader PDI harus memiliki loyalitas tunggal terhadap keputusan partai dan tunduk pada garis komando yang telah ditetapkan oleh Ketua Umum.
Dalam refleksinya terhadap perjalanan politik PDI, Willem menyoroti bagaimana tantangan dan tekanan politik di masa lalu justru semakin memperkuat semangat perjuangan kader partai.
“Sejak awal, kita sudah berjuang menghadapi tekanan. Konsolidasi dilakukan secara sistematis, dari tingkat cabang hingga daerah, dengan berbagai strategi,” ungkapnya.
Menurut Willem, salah satu ancaman terbesar bagi partai adalah perpecahan dari dalam yang dipicu oleh kader yang tidak disiplin dan tidak memahami mekanisme organisasi.
“Jangan ada yang berjalan sendiri-sendiri. Organisasi ini punya aturan. Setiap keputusan harus melalui mekanisme partai, dari tingkat bawah hingga atas,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam situasi politik saat ini, kader PDI harus semakin memperkuat kesolidan dan tidak terpecah oleh kepentingan pribadi maupun pengaruh eksternal.
“Satu komando itu penting. Kalau partai ini ingin terus kuat, harus ada sistem kaderisasi yang tegas dan beretika,” lanjutnya.
Sebagai pesan kepada generasi muda PDI, Willem menekankan pentingnya militansi yang dibarengi dengan pemahaman ideologi.
“Jangan ragu untuk masuk politik. Anak muda harus punya semangat, tetapi juga harus paham arah perjuangan partai. Kalau kita bersatu, tidak ada yang bisa menggoyahkan PDI Perjuangan,” pungkasnya.
Willem Tutuarima menyoroti adanya beberapa kader PDI Perjuangan yang kurang patuh terhadap Ketua Umum dan tidak menjalankan arahan partai dengan disiplin.
Menurutnya, kader semacam itu perlu mendapatkan pembinaan agar tetap berada dalam garis perjuangan partai.
“Saat ini, ada kader yang justru kurang patuh terhadap Ketua Umum. Ini tidak boleh dibiarkan. Kader seperti itu harus diberikan pembinaan agar kembali memahami garis perjuangan partai. Kalau masih bisa dibina, kita bina. Tapi kalau tidak mau mengikuti satu komando, berarti dia sendiri yang menjauh dari PDI Perjuangan,” tegas Willem.
Ia menekankan bahwa ketaatan terhadap kepemimpinan partai adalah kunci soliditas PDI Perjuangan.
“Satu komando, satu barisan. Itu harga mati. Tanpa itu, partai ini akan kehilangan kekuatan utamanya,” lanjutnya.
Willem Tutuarima juga menyoroti kondisi demokrasi saat ini yang menurutnya semakin rusak akibat tidak ditegakkannya aturan hukum yang adil dan tegas. Ia menegaskan bahwa hukum seharusnya menjadi panglima, bukan alat kepentingan kelompok tertentu.
“Hukum saat ini masih tajam ke bawah, tumpul ke atas. Selama hukum tidak ditegakkan secara adil dan benar, jangan harap demokrasi kita bisa berjalan dengan baik,” ujar Willem.
Menurutnya, demokrasi Pancasila yang diperjuangkan oleh PDI Perjuangan haruslah berlandaskan pada keadilan hukum. Jika hukum terus dikendalikan oleh kepentingan tertentu, maka demokrasi hanya menjadi alat bagi segelintir elit politik.
“Kita butuh ketegasan dalam menegakkan hukum. Jangan sampai ada keputusan yang dibuat hanya karena tekanan atau kepentingan politik sesaat. Kalau hukum bisa ditegakkan dengan benar, maka demokrasi kita juga akan berjalan sesuai dengan cita-cita reformasi,” tegasnya.