PURWOKERTO – Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Sumelang Community dan komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menggelar Workshop Dewantara Uplift bertajuk “Mental Sejahtera, Guru Berdaya: Mungkinkah Kita Bahagia di Sekolah?” Acara ini menjadi momentum penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan, inspiratif, serta bebas dari tekanan bagi para siswa dan guru.
Kepala Dinas Pendidikan Banyumas Joko Wiyono menekankan bahwa sekolah harus menjadi tempat yang memberikan pengalaman positif bagi siswa.
“Kami ingin para guru dapat menjadi sosok inspiratif bagi murid-muridnya sehingga sekolah menjadi tempat penuh kenangan indah. Gerakan Sekolah Menyenangkan ini adalah langkah nyata untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan ramah bagi seluruh siswa,” ujarnya.
Lebih lanjut, workshop ini juga mengajak para guru untuk mendiskusikan cara mengajar yang lebih menarik dan tidak membosankan.
Setelah sesi utama, para peserta akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil guna memperdalam materi yang telah diberikan oleh narasumber.
“Dengan adanya kelompok studi ini, akan terjalin budaya saling menguatkan antarpendidik di berbagai jenjang, mulai dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA/SMK,” tambahnya.
Fokus pada Pencegahan Bullying dan Peningkatan Kesejahteraan Mental
Koordinator kegiatan, Sri Maryani, menjelaskan bahwa workshop ini merupakan kelanjutan dari program “Turun Sekolah dan Sapa Sekolah” yang telah dilakukan sebelumnya.
“Kami masih menemukan beberapa kasus bullying di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, melalui acara ini, kami ingin menyadarkan semua pihak bahwa fenomena tersebut masih terjadi dan harus kita antisipasi bersama,” jelasnya.
Dalam workshop ini, hadir sebagai narasumber utama Rizal, founder Gerakan Sekolah Menyenangkan, didampingi Ibu Novi dari komunitas GSM terbesar di Yogyakarta. Acara ini juga mendapat dukungan dari komunitas GSM Kabupaten Banyumas, termasuk relawan mahasiswa seperti Mas Fadil yang turut berkontribusi dalam program ini.
Salah satu temuan menarik dari survei lapangan adalah masih maraknya kasus ejek-mengejek dan bullying yang kerap dianggap remeh, padahal dapat berdampak besar pada psikologi siswa.
“Banyak yang menganggap hal itu biasa, padahal secara tidak langsung bisa mempengaruhi mental anak. Kita perlu membangun kesadaran bahwa sekolah harus menjadi ruang aman bagi semua,” tegas Sri Maryani.
Sebagai langkah lanjutan, komunitas GSM Kabupaten Banyumas berencana mengadakan diskusi daring bertajuk “Ngobras” (Ngobrol Asik Komunitas). Program ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan energi positif yang telah ditularkan oleh para narasumber selama workshop.
“Kami tidak ingin energi ini berhenti pada hari ini saja, tetapi terus berkembang agar semakin banyak sekolah yang menerapkan prinsip sekolah menyenangkan,” tutupnya.
Dengan adanya workshop ini, diharapkan sekolah-sekolah di Banyumas dapat menjadi lebih ramah, inklusif, dan menyenangkan bagi semua warga sekolah.
Guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai sahabat yang bermartabat bagi para siswa, menciptakan ruang belajar yang penuh inspirasi dan keceriaan.