PURWOKERTO – Rencana pembangunan Masjid Raya Purwokerto dengan konsep “Seribu Bulan” bakal menelan anggaran sekitar Rp 40 miliar. Sumber dananya berasal dari anggaran pemerintah daerah, serta dari partisipasi sumbangan masyarakat.
“Setelah desainnya ini sudah jadi, rencana pembangunan kita mulai dari bawah dulu. Diawali dengan pondasi. Anggarannya selain dari APBD, juga kita tawarkan ke ASN dan masyarakat yang mau menyumbang (beramal) juga dipersilakan,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein, saat menemani Gubernur Jabar Ridwan Kanwil, meninjau lokasi pembangunan masjid tersebut, Sabtu (24/10).
Menurut Bupati, penghimpunan dana pembangunan Masjid Seribu Bulan melalui Yayasan Rahmatan Lilalamin. Untuk kebutuhan anggarannya sekitar Rp 40 miliar, nanti bersumber dari sebagian APBD dan hasil sumbangan masyarakat.
(Baca Juga: Kisah Kera Jelmaan Santri di Masjid Saka Tunggal)
Pembangunan, lanjut dia, bakal dimulai tahun depan. Pemkab menyiapkan lahan sekitar 5 hektar, termasuk untuk lokasi Islamic Center. Lokasi tesebut berada satu kawasan untuk rencana gedung sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyumas.
“Selain masjid, di kawasan ini juga kita siapkan lokasi untuk pembangunan tempat ibadah agama yang lain secara proporsional, seperti gereja, klenteng, vihara. Pokoknya lokasinya seperti menggambarkan makna Pancasila,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Irawadi mengatakan, pihaknya telah menyiapkan detail engineering design (DED) untuk pembangunan masjiddan site plan kawasan area Pancasila tersebut. Adapun tahap pembangunan pondasi mulai tahun depan 2021.
Pihaknya juga menyiapkan pembangunan danau besar pada kawasan tersebut.
“Pondasi untuk bangunan masjid dan gedung Islamic Center sudah dimulai, termasuk gedung DPRD dan sebagian kantor OPD,” katanya.
Malam Lailatul Qodar
Ridwan Kamil, selaku arsitek konsep masjid seribu bulan menerangkan, konsep itu diilhami dari malam Lailatul Qodar, dianggap malam yang mulia dari seribu bulan.
“Makanya gambarnya terbagi menjadi tiga bangunan. Kumpulan bulan sabit dibagi sehingga jumlahnya banyak. Sehingga jumlah seperti bulan sabit ke kiri dan ke kanan menjadi banyak,” terangnya.
Menurutnya, gagasan seperti itu hanya filosofinya saja. Justru yang terpenting, katanya, masjid ini harus dimakmurkan, bukan berlomba membuah megah-megahan.
“Maka saya doakan, dari visi Pak Bupati yang luar biasa, masyarakat Banyumas-Purwokerto makin soleh-solehah. Menjadi ahli ibadah untuk terus memakmurkan masjidnya kalau sudah jadi,” katanya.
Ridwan mengaku bersedia mendesainkan konsep Masjid Seribu Bulan ini, karena dimintai seniornya Bupati Banyumas, sama-sama alumni ITB.
“Permintaan dari senior saya ini sudah setahun lalu. Kalau di ITB, senior minta tidak bisa ditolak. Setelah Covid-19 ini, bisa bertemu lagi, dan pas mau ke Semarang ketemu Pak Ganjar (Gubernur Jateng), pas lewat sini, ya mampir meninjau lokasi,” kelakarnya.
Dia mengaku, sudah lama tidak menekuni profesi sebagai arsitek. Namun khusus untuk masjid masih dijalankan. Permintaan desain, kata dia, masih banyak, namun hanya khusus masjid dilayani sebagai amalan saja.
“Ini karena wasiat almarhum ayah saya, kalau masjid tidak boleh berhenti. Gambar apapun kalau ada yang minta tolong pejabat apa pun, dari masjid kecil di Nusa Tenggara Barat sampai masjid raksasa di pinggir laut Sulsel, juga saya yang desainkan. Hidup ini kan untuk memberi manfaat, tidak perlu dibatasi oleh jabatan,” ujarnya. (aw-2)