ZAMAN kompetitif, menuntut pengetahuan, sikap dan keterampilan guru lebih matang. Di era ini merupakan suatu perubahan baru akan pentingnya kompetensi yang kokoh dan kuat bagi kaum pendidik untuk menghadapi dunia pendidikan sesuai dengan pasar baru.
Era disruptif salah satunya ditengarai adanya pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan bahkan menggantikan kondisi ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah dianggap mapan.
Menghadapi tantangan ini, pendidikan dituntut untuk berubah, termasuk di dalamnya pendidikan dan pembelajaran mulai jenjang pendidikan dasar dan menengah bahkan sampai perguruan tinggi. Suatu bangsa yang tidak siap menghadapi kenyataan ini tentu akan tergilas oleh pergeseran pasar yang semakin canggih.
Performa guru era revolusi industri 4.0 yang sebentar lagi masuk era 5.0 adalah guru yang ëngehí (bahasa Jawa) dengan digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, tanpa mengesampingkan pentingnya tugas mulia penumbuhan budi pekerti luhur bagi anak didik, mereka adalah guru yang familiar dengan inovasi dan unggul dalam kreasi pendidikan dan pengajaran.
Era disruptif ini akan mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri.
Ditengarai ada tiga hal paling esensial akan era disruptif ini dalam dunia pendidikan antara lain; menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada, menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul dan, menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan.
Untuk itu kompetensi pendidik merupakan sesuatu yang wajib dimiliki, bukan sekdar pengakuan negara bahwa guru kompeten adalah guru yang mendapat tunjangan dan sertifikat pendidik. Bahkan boleh dikatakan justru guru yang bersertifikat adalah momen awal dari wajibnya meningkatkan kompetensi secara kuat yakni kinerja dan dedikasi serta segudang prestasi.
Namun masih ditemukan justru sebaliknya guru yang bersertifikat masih rendahnya kinerja, dedikasi dan prestasi, bahkan masih belum menunujukan kinerja dan dedikasi serta prestasi yang membanggakan. Dengan demikian, kompetensi masih perlu digenjot lagi khususnya para guru bersertifikat, apalagi dengan tuntutan revolusi industri dan era disruptif seperti sekarang ini.
Kompetensi yang diminta di era disruptif ini antara lain ; educational competence, kompetensi mendidik/ pembelajaran berbasis internet of thing sebagai kemampuan dasar di era ini; competence for technological commercialization, punya kompetensi membawa siswa memiliki sikap kewirausahaan dengan teknologi atas hasil karya inovasi siswa; competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu kompetensi global dan keunggulan memecahkan problem nasional; competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility, dan; conselor competence, mengingat ke depan masalah anak bukan pada kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat tekanan keadaan yang makin komplek dan berat.
Agar kompetensi tersebut terwujud, maka strategi guru harus melangkah sesuai dengan paradigma baru pedidikan, bukan sekedar teaching namun bergeser menuju learning antara lain; pendekatan konstruktivitis dalam membangun kreativitas, pemikiran kritis, kerja sama; perlunya penguasaan teknologi informasi dan komunikasi serta kemampuan literasi digital; guru dituntut menguasi kompetensi kognitif, kompetensi sosial-behavioral, dan kompetensi teknikal.
Kompetensi kognitif mencakup kemampuan literasi dan numerasi, serta kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kompetensi sosial behavioral, mencakup keterampilan sosial emosional, keterbukaan, ketekunan, emosi yang stabil, kemampuan mengatur diri, keberanian memutuskan dan keterampilan interpersonal. Kompetensi teknikal yang merupakan keterampilan teknis yang sesuai bidang pekerjaan yang digeluti.
Era desruptif merupakan tangtangan bagi dunia pendidikan; serba otomatis, digital, berbasis kecerdasan buatan, robotic, dan masif telah sedikit banyak memangkas tenaga-tenaga manusia dan menggantinya dengan mesin dan perangkat yang sangat canggih; fenomena siswa masa kini yang membawa preferensi baru yang sedikit banyak mengubah cara pandang kita terhadap belajar dan per sekolahan.
Untuk itu, maka perubahan pendidikan di era distruptif dalam konteks pembelajaran akan terjadi potensi distraksi yang cukup tinggi pada setiap individu, information overload, bahkan tak terverifikasi, dominan pada interaksi virtual, perubahan metode pembelajaran, penggunaan konsep baru seperti flipped classroom, insfrastruktur baru, seperti perangkat berbasis virtual, perubahan proses pembelajaran massive versus personalize learning insfrastuktur pembelajaran, peningkatan kapasitas komputasi pergeseran presensce learning menuju distance learning. Perubahan dan pergeseran tersebut menuntuk kesiapan sumber daya manusia pendidikan (guru) untuk memiliki kompetensi yang handal. Wallahu a’lam bishawab.
Prof Dr H Sunhaji MAg
(Direktur Pascasarjana IAIN Purwokerto)