PENDIDIKAN terselenggara dalam keadaan waktu dan tempat, di mana manusia hidup. Pemenuhan kebutuhan pendidikan baik di rumah, sekolah dan masyarakat. Tri pusat penyelenggaraan edukasi di masa pandemi Covid-19 mengalami permasalahan terutama perihal pembelajaran tatap muka.
Pada awal pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Kebiasaan Kehidupan Baru (new normal), munculah berbagai dinamika seperti pembelajaran jarak jauh secara daring, kunjungan rumah, pembentukan kelompok belajar, pembentukan belajar bernuansa kerja dan pembelajaran tatap muka.
Setahun bulan berlalu, pandemi mengubah secara drastis hampir semua kegiatan pendidikan. Dari pembelajaran tatap muka menjadi daring. Ternyata, pembelajaran daring secara praktis menambahkan beban psikologis, paedagogis dan andragogis.
(Baca Juga : Role Playing Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa SD)
Kendala pembelajaran daring antara lain, ketiadaan jaringan internet, tidak ada fasilitas gawai yang layak untuk mengakses materi pembelajaran, siswa kesulitan belajar secara mandiri, siswa merasa materi pembelajaran kurang jelas dan orang tua menjadi repot dengan tugas belajar anaknya.
Kebijakan work from home, bagi guru harus tetap memberikan pembelajaan secara proposional, prosedural dan professional. Guru dituntut mengusai teknologi pembelajaran daring dengan moda e-learning seperti aplikasi Zoom, Gooole Classroom, Youtube maupun media Whatsapps.
Tujuan utama pembelajaran daring agar tidak memutuskan harapan untuk mencerdaskan bangsa. Namun secanggih apapun hal itu harus memerhatikan situasi, kondisi dan domisili siswa.
Konflik interpersonal senantiasa menyertai dalam menghadapi pandemi Covid-19 utamanya pemenuhan kebutuhan pendidikan. Tuntutan pendobrakan orang tua, masyarakat, siswa dan guru untuk segera membuka pembelajaran tatap muka. Mereka berpikir, pembelajaran daring belum memenuhi sasaran tujuan pendidikan dan hanya menimbulkan pembodohan massal.
Simulasi PTM
Simulasi kegiatan pembelajaran tatap muka pun dicoba dengan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswa dan guru. Penerapan protokol kesehatan di sekolah, antara lain pembelajaran menggunakan sistem bergilir, waktu belajar dibatasi dari pukul 07.00-11.00 WIB.
Peniadaan pelajaran olahraga dan ekstrakurikuler, tidak ada waktu istirahat, dan sebagainya. Namun, kendala baru menghadang dengan meningkatnya kasus pasien terpapar Covid-19 di era kenormalan baru. Meskipun pemerintah telah membentuk gugus tugas pencegahan Covid-19 dari tingkat pusat, daerah, kabupaten, kecamatan, desa sampai ke RW RT. Gugus tugas sudah bekerja keras.
(Baca Juga : Strategi Belajar Dimulai dari Mencatat Efektif)
Adapun realitanya, masyarakat masih tidak peduli terpapar Covid-19, tak acuh dengan protokol kesehatan. Apalagi kini mulia ada kelonggaran pembukaan ruang publik seperti mal, pertokoan, obyek wisata, transportasi massa, dan hiburan.
Covid-19 menimbulkan dilema dalam dunia pendidikan. Kebutuhan edukasi di masa pandemi berbenturan antara pembelajaran daring dengan kondisi nyata siswa. Sedangkan pembelajaran tatap muka berlawanan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Meskipun demikian, kita perlu mencari jalan keluar bersama. Terlebih lagi sebagai guru yang baik, meski dalam pelayanan pembelajaran daring, tetap harus memahami kondisi siswa, sehingga proses dan hasil belajar tidak bertepuk sebelah tangan. Pandemi Covid-19 pasti ada hikmahnya.
Drs. Mardiyono, Guru BK SMP Negeri 3 Kalibagor