PUISI-PUISI karya salah satu penyair perempuan mahasiswa, Diana Fadila ini patut diperhitungkan. Selamat membaca puisi-puisi Diana Fadila.
Puisi-Puisi Diana Fadila
WANITA DARI PEMATANG
Langit menyeringai melihat wanitaku
Ia bingung
Akankah kuturunkan hujan
ataukah kuturankan mendung tak berkesudahan
Panas meradang ketika ia memilih
mencintai sepotong biji ketimbang segenggam mawar
Kala itu mawar bunga paling mahal
Saking mahalnya hanya mampu ia berikan kecubung
yang tumbuh di pelataran rumah nenek
Aku melihatnya mabuk bukan kepayang
Memuntahkan pijar
Jika dingin nanti suburlah bungamu
Bukan itu yang wanitaku mau
Wanitaku di ujung langkah
Mencari-cari padi sumber kehidupan
Mencari akar sumber kesuburan
di tengah ladang yang gulita
2021
(Baca Juga: Puisi-Puisi Bagus Likurnianto)
Puisi-Puisi Diana Fadila
SELAMAT MALAM
1/2 dari malam
Kau ucapkan beribu kata maaf
melebihi bintang di langit
Saat itu Purwokerto mulai redup
menurutmu kesunyian mulai melanda
Lelaki tua itu tidur
di deretan toko yang meredupkan neon
tapi, di dalamnya berlian bersinar
menerangi hati insan pekerja dan pemilik
katamu kau tak bisa menggarit
1/3 dari kesunyian
Menurutmu inilah waktu khusyuk
untuk meminta sendi-sendi kita berjalan sesuai rencana
tanganmu menengadah
untuk sebuah nyala kipas angin
kipas pemutar nasib
Ada yang menunggumu di sana
mereka jurang kemesraan dan kemurkaan
Pukul 04.00
Menurutmu kehidupan akan kembali
setelah pemimpi terbangun dari lelap
Pukul 07.00
Aku melihat upacara kematian
Kematian kalbu dalam dirimu
yang kau sebut langkah pertama
2021
Puisi-Puisi Diana Fadila
SEBELUM DUNIA RAPUH
Cheers!
Kata itu selalu aku dengar
Ketika segelas minuman dingin
dingin berwarna tak bening
kau tuang dalam gelas sloki
Kebahagiaan menyertaimu, sambungmu
Sejak saat itu aku dapat memaknai arti bahagia
Sesungguhnya bahagia itu:
Gelas sloki diisi setengah kucuran air
itu dapat membasuh dosa
Mengangkat gelas itu
bentuk kemasyhuran hidup yang tak redup
Membenturkannya satu sama lain
langkahmu kobar bertagar
Meminumnya sampai habis
citraan akhir dari kegetiran
dan badan ringkih ini
mulai bergerak mengikuti buaian musik
Suguhan dunia sebelum rapuh
awal perjalananmu menjajakiku
sebagai kemaslahatan kasih
awal untaian kisah
akhir dari putaran pengembaraan
Kejadian itu berputar hingga kau menemuinya
di dalam surau
dan kau mulai menyadarinya
ternyata putaran lima waktu begitu cepat
2020
(Baca Juga: Puisi-Puisi Ikrom Rifa’i)
Puisi-Puisi Diana Fadila
SI PELAUT KEHILANGAN ARAH
Ke mana perginya cuaca?
Saban hari lelaki tua merapal langit
Mulutnya komat-kamit
Ngetan ngulon matanya membaca arah
Tak ada tanda ancaman badai
Lelaki itu selalu duduk di geladak kapal
Malam ke malam diarunginya
Di malam ia hanya melihat kelam
Di siang ia hanya melihat lautan
Ketika pandangan mulai samar
Dari jauh terlihat merucusuar
Sorot lampunya mendekati lelaki itu
Cahaya berpendar menatap wajah pucat
Mercusuar melambaikan cahaya dan berkata:
Aku siap menjadi mercusuar
yang menunggu engkau pulang berlayar
Aku adalah mercusuar
yang menjadi penenang di kala engkau sulit ikhtiar
Aku mercusuar di tengah laut dalam kesunyian malam
Akulah mercusuarmu!
2020-2021
Diana Fadila, lahir di Boyolali 7 Mei 1998. Saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pegiat di Komunitas Buka Buku.