Bagus Likurnianto, penyair asal Banjarnegara, Jawa Tengah ini memiliki “sesuatu” berupa permainan tipografi. Selamat membaca Puisi-Puisi Bagus Likurnianto.
SEPULANG PERKEMAHAN PADANG GOLAN
: Anggara
- dalam lencana seorang perajurit yang gemerincing oleh lari kijang, gesit badai dan jeritan, gerombolan rudal yang diutus dari pusat penjuru menyerbu malam yang gemetar. dari lembah hutan yang nampak ranjau mereka mengeluarkan dendam yang mengerikan, sementara kami terlanjur lelap dalam dekapan peluk ledakan.
- sekejap. tanah dan dada sama-sama rata dan palsu. maka, tentu saja kau perlu bertanya, mengapa komplotan penipu dari bangsa melata tak pernah kembali dengan sia-sia? sebab aku tahu pasti: ribuan lubang penuh racun di buritan hutan bukan tak sengaja diciptakan bagi kita yang luput termakan gonggongan di kejauhan.
- api yang menyala di setiap mata mulai membakar segala yang dipandangnya, aku turun ke sungai dan menghalau sisa-sisa hangusnya di hulu, tapi tak ada yang hanyut sebagaimana aku menemu bongkahan tanah yang kini jadi tubuhmu. o, saksikanlah! harapan itu tergelincir ke arah hilir yang luruh di ujung senapan, dor!
- cahaya itu keburu meledak: letusan-letusan gentayangan di pikiran orang-orang yang baru saja meriwayatkan kematian, dan mereka ingin kembali kepada rahim. dan kau pasti sudah bisa menerka, bahwa hukum paling nyata hanya di dunia yang sia-sia. jangankan sampai di kehidupan selanjutnya, azali yang pengap saja menolak kelahirannya.
- maka, gejolak hati kita remuk setelah luka-luka peluru berhamburan dari perut bumi, karenanya anak benua yang terlunta tepat di padang siang pasrah melepas sayup ke matahari yang tak mungkin berjumpa denganmu lagi. meski kutahu di hadapanku kembang ilalang tertiup terbang ke medan laga yang telah memulangkanmu padanya.
Rupu, 2021
Puisi-Puisi Bagus Likurnianto
BAYI
/1/
tidurlah engkau
pada kebun yang ranum
sampai tumbuh biji
yang menjadikanmu manusia
pagi akan melahirkanmu
dari rahim kabut
rerumput menyambut
dengan kalut
/2/
ibu: “anakku, engkau adalah pohon yang tumbuh dari pikiranku,
engkau pula yang kelak merimbunkan takdirku”
aku: “ibu, sesungguhnya aku hanyalah tunas mengakar padamu,
engkau pula yang akan memanjangkan umurku”
/3/
pohon tumbuh pada tanah
disirami sinar matahari
tunas tumbuh dalam tanah
dicerlangi nyala matahari
dari tempat yang jauh
ayah membibit diriku
yang sebenarnya entah siapa
di luas kebunmu
Banjarnegara, 2021
(Baca Juga: Puisi-Puisi Ikrom Rifa’i)
Puisi-Puisi Bagus Likurnianto
Setelah Memanen Kopi
kupetik nasihat pandir berupa bulir yang berakhir pada lidah anyirmu. kesedihan adalah pahit yang kau sangan pada tungku, usai kau nyalakan si panas api muasal segala dosa. dengan apa kau meminta ampun selain runduk dan kaki tertekuk di hadapannya. sebab telah kutuang biji bagi tumang yang gamang membalas panasmu.
tentu, sepasang lumpang dan alu tak hanya menumbuk pilu, tapi juga remukkan harapan. kepada para leluhur yang ditugur di kubur, ia akan menaruh aromamu dalam saji yang sangit. merapal mantra-mantra rahasia dan riwayat usia yang tak mampu kau sapa. dan restumu akan menjadi resep yang terjaga hingga tuang pertama jatuh di gelas yang fana.
Banjarnegara, 2021
LAMUN
kutemukan tubuh yang kau
tanam dalam-dalam di mataku
semakin pucat dan sekarat
di kedipan yang terakhir
seperti dosa yang tak dicurahkan
segera kulupakan bayangan
yang bergitu nisbi
dan kugali nyalangku biar
tercurah segalanya
demikian ia segera basah
sebab langit telah kalah
dan tanah tumpah seluruhnya
angin yang suka menari
tak bisa singgah bila mayat itu
dikubur di sana
dan ia yang beningkan air
kian terjerumus ke bayangan
yang diciptakan di kulah
lekas kuhablurkan saja balong
dengan hatiku yang tak karuan
agar dari cerminannya terpantul derita
dan kesepian menerka
setelah kedua mata
bertahta fana
Banjarnegara, 2021
(Bac Juga: Katasapa Luncurkan Buku Puisi Epitaf Tanah Perwira)
Puisi-puisi Bagus Likurnianto
DOMBA YANG DITUKAR
dari mana muasal domba
yang muncul di sela kilat si pedang
saat kau berniat menyembelih
salah seorang putra terpilih
apakah ia berasal dari surga
dan akan kembali ke surga?
lagi-lagi mimpi itu menjadi persoalan
sekalipun bagi sebuah nubuat
dan pedang yang pulang dengan selamat
tak jadi mendapat rahmat
kitab suci yang menyimpan amanat
tak punya riwayat
bagi domba yang tiada gembalanya
siapa melihat lekaslah tangkap
jika ingin memilikinya tanpa
harus mengorbankan seorang putra
maka, dari mana muasal domba
yang muncul di kepala para pembaca?
Banjarnegara, 2021
Bagus Likurnianto, lahir di Banjarnegara, 9 Januari 1999. Bergiat di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP), Komunitas Taman Kecil, dan Rumah Penyu. Puisi-puisinya pernah muncul di media massa nasional, regional maupun lokal. Saat ini masih menjadi mahasiswa di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.
Mulai Oktober 2021, suarabanyumas.com memunculkan rubrik baru berupa puisi yang terbit setiap malam Minggu. Redaksi menerima kiriman karya-karya penulis dengan ketentuan 5-6 buah puisi karya terbaru. Ketik dalam bentuk Words dengan format Times New Roman font 12 spasi 1,5. Sertakan biodata singkat, nomor gawai dan nomor rekening. Kirimkan di lampiran ke email estetikaworkart@gmail.com dengan subjek Puisi_Nama Pengirim_Kota (Puisi_Rumi_Banjarnegara). Ada honor apresiasi untuk penulis yang puisinya kami tayangkan.