PURWOKERTO – Bagi sebagian masyarakat Purwokerto dan sekitarnya, tentu tidak asing dengan camilan Jenang Jaket.
Ya, camilan manis yang merupakan campuran dari beras ketan, santan dan gula ini, nampaknya menjadi salah satu makanan khas masyarakat Banyumas.
Salah satu Jenang Jaket Pertama yang sampai sekarang masih bertahan adalah Jenang Jaket produk dari perajin di Jl. PKK No 600 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Jenang Jaket ini masih mempertahankan resep warisan generasi terdahulu, sehingga memberikan keunikan tersendiri.
Jenang Jaket pertama sudah berdiri sejak tahun 1980-an oleh keluarga Suharjah.
Penggunaan ketan pada jenang menjadi ciri khas dari Jenang Jaket Pertama. Penggunaan kata “Jaket” sendiri memiliki kependekan dari “Jenang Ketan”.
Saat ini, Jenang Jaket pertama di teruskan oleh Salimin, anak dari Suharjah.
Ciri khas ini tidak hanya pada bahan baku pembuatan jenang, namun proses pembuatannya pun menggunakan cara-cara tertentu hingga menjadi Jenang Jaket yang nikmat dan lembut ketika di santap.
Perbedaan proses pembuatan antara Jenang Jaket dengan jenang dahulu adalah pemisahan antara gula merah, santan dan tepung beras ketan yang di rebus secara terpisah.
Setelah ketiga bahan tersebut di dinginkan, langsung di rebus dalam tungku.
Alat yang di gunakan untuk memasak bahan-bahan tersebut masih mempertahankan alat manual atau tradisional.
Baca Juga : Penjualan Jenang Jaket Mersi Perlahan Pulih
Tentunya penggunaan alat tradisional ini memiliki maksud tertentu. Seperti penggunaan arang bertujuan agar panasnya tetap stabil. Serta, adonan harus terus di aduk sekitar 1-3 jam hingga adonan menjadi lebih keras.
Nafisah, adik dari Salimin bercerita, dulu pernah di tawarkan untuk menggunakan batu bara, namun ia menolak karena proses kematangan dengan menggunakan batu bara tidak sesuai dengan yang seharusnya.
”Arang itu baranya masih stabil, sehingga panasnya masih stabil juga. Dulu ada promo pake batu bara, tapi kami tetap pakai arang. Sengaja mempertahankan manual dan tradisional,” ungkapnya.
6 Kg
Dalam satu hari, produksi Jenang Jaket pertama bisa mencapai 200 bungkus atau 6 kg dalam satu masakan. Satu adonan jenang yang telah matang bisa langsung di iris kecil-kecil berbentuk pesergi panjang, seperti permen dan di bungkus menggunakan plastik.
Harga satu bungkus Jenang Jaket Pertama sekitar Rp 16 ribu, tergantung rasa dan ukuran. Ada dua rasa yang di tawarkan, yaitu rasa original dan rasa wijen.
Lagi-lagi hal yang membedakan Jenang Jaket Pertama dengan jenang lainnya adalah tidak menggunakan bahan pengawet. Jenang Jaket Pertama bisa bertahan selama 7 hari karena tidak menggunakan pengawet.
”Beras ketan bertahan cuman 7 hari karena tidak menggunakan pengawet. Kalau memakai pengawet rasanya agak pait,” tuturnya.
Jenang Jaket Pertama yang ada di kawasan Mersi ini juga menawarkan kunjungan wisata bagi masyarakat yang ingin melihat langsung proses pembuatan Jenang Jaket Pertama.
Pengunjung dapat melihat proses pembuatan Jenang Jaket Pertama yang berada tepat di belakang toko. Pengunjung dapat melihat langsung proses dari awal pembuatan hingga proses pembukusan Jenang Jaket Pertama.(mg01-7)