RAWALO, suarabanyumas.com – Ponpes Miftahul Burhani, Pesawahan, Rawalo,Banyumas mengadakan Halaqh Fiqh Peradaban II, Selasa (12/12/2023). Kegiatan tersebut merupakan hasil kerjasama PBNU dan Kemenag yang disebar di sejumlah titik di Indonesia.
Halaqah menghadirkan dua nara sumber nasional. Masing-masing KH Darul Azka (LBM PBNU), Dr. H. Abdul Hamid (Dosen UINSA) dengan moderaor Gus Ulun Nuha (Yogyakarta). Peserta halaqah terdiri dari perwakilan badan otonom (Muslimat, Fatayat, IPPNU), MWC dan Rantingn NU dan perwakilan pesantren (RMI) Banyumas-Cilacap.
“Alhamdulillah kami dipercaya menggelar Halaqah Perdaban II. Tentu ini satu kebanggan tersendiri bagi Ponpes Miftahul Burhani. Adapun tema halaqah, Dunia Islam dan Realitas Geo Politik Global Kontemporer,” kata Pengasuh Ponpes Miftahul Burhani, KH. Moehammad Al Maroqi, SHI, MH atau Gus Moeh.
Gus Moeh menambahkan, halaqah fiqh peradaban merupakan ajang intelektual yang sangat penting. Terutama ketika digelar di pesantren-pesantren. Pola serupa, kata Gus Moeh diharapkan bisa jadi inspirasi dan mendapat dukungan dari PCNU Banyumas.
“Alhamdulillah, halaqah ini menjadi penambah cakrawala. Terutama bagi kader-kader NU, pengurus banom dan struktur hingga tingkat ranting. Karena, peserta beririsan ketemu langsung secara intelektual dengan pembicara Nasional,” kata Gus Moeh yang juga Sekretaris PC RMI NU Banyumas.
Kasi PD Pontren Kemenag Banyumas, H Naufal mengapresiasi halaqah fiqh peradaban tersebut. Bicara tema geo politik kontemporer, Naufal berpendapat dewasa ini Islam khususnya sudah menyebar kemana-mana. Tidak lagi dikotomi hanya jazirah Arab, tapi mendunia.
“Kalau dulu ada istilah ‘Islam dan Dunia Barat’, sekarang ini sudah menjadi ‘Islam di dunia barat’. Karena sebaran Islam dimana-mana ada. Termasuk negara-negara barat seperti Amerika,” katanya mewakili Kepala Kantor Kemenag Banyumas saat sambutan.
Sementara Ketua Yayasan, KH Drs. Nasrullah MH menyebut tradisi halaqah sudah biasa di kampus. Sementara di dunia pesantren termasuk baru. Kyai Nas, sapaan akrabnya, juga menyebut wilayah Kecamatan Rawalo dengan pesantren yang rata-rata sudah memiliki unit pendidikan formal. Kondisi tersebut disebutnya berbeda sama sekali pada zaman awal rintisan pesantren di sekitar Rawalo.
“Apalagi halaqah ini pembicara dan moderatornya doktor semua. Saya juga yakin NU itu organisasi yang ‘lemes’. Paling fleksibel terhadap ragam perkembangan ilmu yang berkembang.. Paling bisa menyesuaikan,” kata Kyai Nas yang juga Ketua PCNU Cilacap tersebut.