PURWOKERTO – Selama larangan mudik, pengguna angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP) relatif menurun.
Kusno (57), salah satu supir bus AKDP jurusan Cilacap – Purwokerto, mengatakan selama larangan mudik Lebaran. Jumlah pengguna bus makin sepi, bahkan lebih kosong dari hari normal saat pandemi.
“Makin prihatin, semakin sepi. Kemarin selama larangan mudik, jumlah penumpang turun 80%,” keluhnya kepada Suara Banyumas, Senin (17/5/2021).
Akibat sepinya penumpang ini, Kusno terpaksa menaikkan harga tarif bus sebesar Rp 5 ribu. Meski demikian, dia mengaku tidak memaksa penumpang harus membayar seharga tarif baru.
“Kemarin sih ada penaikan tarif bus, saya naikin Rp 5 ribu, jadi Rp 25 ribu, normalnya kan Rp 20 ribu. Tapi kita engga maksa, lihat orangnya dulu, ekonomi kan lagi sulit sekarang. Kalau orangnya gk mampu bayar segitu, yasudah hanya Rp 20 ribu, biar sama-sama bantu lah. Kalau mulai hari ini si sudah normal,” tambahnya.
(Baca Juga: Larangan Mudik, Ini Angkutan Umum yang Boleh Beroperasi)
Terpisah, Kepala Seksi Operasional Balai Transportasi Dinas Perhubungan Provinsi Jateng Lambang Kurniawan, menerangkan, sepinya penumpang ini juga dialami BRT Trans Jateng. Penurunan jumlah pengguna armada aglomerasi ini terjadi sejak 6 Mei 2021 dan semakin turun pada 9-11 Mei.
“Selama larangan mudik, secara garis besar kita mengalami penurunan. Tapi sempat ada kenaikan saat weekend kemarin,” ujarnya melalui telepon.
Kordinator operasional halte BRT (Bus Rapid Transit) Trans Jateng Terminal Bulupitu, Indra Gunawan (56). Juga mengakui sepinya pengguna bus saat adanya larangan mudik lebaran.
“Ketika ada pelarangan (mudik lebaran), itu cukup ketat. Pemudik yang menggunakan kereta atau bus jelas engga ada, jadi pengguna BRT turun drastis, biasanya kan dari stasiun atau terminal banyak calon penumpang dari sana” ungkapnya Indra.
Kendati demikian, kata Indra, jelang Lebaran, pengguna BRT sempat meningkat. Setiap shelter ada penumpang dengan tujuan ke pasar atau pusat perbelanjaan. (mg01-2)