BANYUMAS-Asosiasi Perberasan Banyumas (APB) sebagai salah satu penyedia (penyuplai) sembako untuk komoditas beras berharap program bansos sembako tahun depan tetap berlanjut.
Ketua APB, Agus Purwanto mengatakan, jika program bansos sembako berlanjut maka sangat membantu untuk penyerapan gabah dan beras dari petani. Pasalnya, penyerapan yang sebelumnya rutin dilakukan oleh Bulog, sudah berhenti.
“Bulog sudah tutup buku sejak Senin lalu, sehingga sudah tidak ada kegiatan (penyerapan). Ini emen-temen lagi persiapan untuk tahun 2021 (program sembako Kemensos-red),” katanya menanggapi belum pastinya kelanjutan bansos sembako untuk warga terdampak Covid-19 di Banyumas.
Sebelumnya, sekitar 85 ribu keluarga penerima manfaat (KPM) terdampak Covid-19 yang menerima bantuan sosial program sembako dari Kementerian Sosial (BST Kemensos) di Kabupaten Banyumas, masih menunggu kepastian bisa menerima kembali atau tidak pada tahun 2021.
Penyaluran sembako tahun 2020 untuk terdampak Covid-19 maupun penerima reguler program jaring pengaman sosial (JPS) kemiskinan sudah selesai disalurkan per tanggal 5 Desember dana 15 Desember lalu.
“Informasinya, kemungkinannya, yang penerima terdampak Covid-19 bakal dimasukkan ke reguler. Namun syaratanya harus di verifikasi dan validasi dulu (verval), yakni diusulkan pihak desa dan kelurahan, untuk kita ajukan ke Kemensos,” kata Lili.
Verval bakal dilakukan secara massal, kata dia, antara bulan Januari-Maret tahun depan. Sehingga, jika program bansos sembako, jika disalurkan mulai Januari, hanya untuk KPM yang sudah masuk dalam data base terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kemensos (sudah diverval-red).
(Baca Juga : Bantuan Sosial Tunai Diperpanjang, Bansos Sembako Menunggu )
“Baik data Covid-19 muapun yang non DTKS yang belum masuk penerima reguler, bakal diverval secara massal oleh Kemneos bersama kita. Saat ini kita masih menunggu petnjuk teknisnya,” kata Lili.
6 Ribu KPM
Sebelumnya, lanjut dia, sudah ada sekitar 6 ribu KPM dari program terdampak Covid-19 yang migrasi (pindah) ke penerima reguler, setelah datanya masuk DTKS. Penerima sembako terdampak Covid-19 sebelumnya sekitar 92 ribu KPM. Kemudian ada verval bertahap di tahun 2020, sekitar 6 ribu KPM migrasi ke penerima reguler.
“Penerima reguler sebelumnya sekitar 120 ribu KPM, kemudian ada tambahan yang migrasi dari terdampak Covid-19 sekitar 6 ribu, sehingga yang reguler sekarang sekitar 126 ribu. Jumlah ini, saat diverval datanyamasih masuk DTKS, otomatis pada tahun 2021 langsung menerima yang program reguler,” tandasnya.
Terkait peluang KPM terdampak Covid-19 bisa masuk ke penerima reguler, kata Lili, ini sangat tergantung dari keseriusan pihak desa dan kelurhan memasukan datanya kembali saat verval. Verval dilakukan untuk mengecek kondisi terkini dari KPM yang menerima bansos tersebut, apakah masih memenuhi kreteria atau tidak.
“Kalau desa dan kelurahan aktif melakukan verval, peluang masuknya besar,” tandasnya.
Dia mengakui, sampai saat ini memang belum ada kepastian apakah program sembako khusus yang terdampak Covid-19 pada tahun 2021 diperpanjang atau tidak. Upayanya, mereka diikutkan verval untuk bisa masuk ke jatah penerima reguler.
Jumlah bantuan yang diterima, antara KPM terdampak Covid-19 dengan penerima reguler (jaring pengaman sosial ) kemiskinan, katanya, juga sama. Yakni senilai Rp 200.000 per bulan dengan cara dibelanjakan dalam bentuk barang (komoditas sembako).(aw-3)