DI sekitar masjid tersebut terdapat makam seorang ulama besar yang cukup disegani, yakni makam Asy-Syaikh Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas. Banyak masyarakat yang datang untuk berziarah ke makam ini.
Sejumlah remaja tampak khusyuk melakukan tadarus Alquran di dalam Masjid Baha’ul Haq wa Dhiya’udin Grumbul (Dukuh) Kedung Paruk Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas pada suatu malam Ramadan tahun ini.
Selain tadarus, selama Ramadan di lokasi tersebut juga dilaksanakan Thariqah Sulukan. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada 10 hari awal Ramadan. Adapun pada pagi hari dilaksanakan kegiatan tadarus Alquran yang diperuntukkan bagi ibu-ibu.
Lokasi Grumbul Kedung Paruk sendiri berada lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Meski termasuk wilayah Desa Ledug, namun grumbul ini justru berdekatan dengan Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur.
Untuk menuju ke lokasi, dari pusat kota Purwokerto menuju ke arah timur sampai di Lapangan Mersi atau Jalan KH Abdul Malik. Dari jalan ini kemudian ke arah utara kurang lebih 300 meter. Setelah berjalan sejauh sekitar 300 meter dan sampai di sebuah pertigaan, selanjutnya berjalan ke arah timur kurang lebih 100 meter dan sampai ke komplek masjid dan makam Asy-Syaikh Muhammad Abdul Malik.
Masjid yang berdiri sejak tahun 1960 ini dibangun oleh Asy Syaikh Muhammad Abdul Malik atau sebagian masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Mbah Abdul Malik. Mbah Abdul Malik sendiri lahir pada tahun 1881 dan memiliki nama kecil yaitu Muhammad Ash’ad.
Selain makam, di lokasi ini sekarang juga terdapat Pondok Pesantren Bani Malik dan lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Masjid yang ada sekarang merupakan bangunan masjid yang kedua. Pasalnya masjid pertama yang dibangun hanyut diterjang banjir Sungai Pelus yang tak jauh dari lokasi masjid. Muhammad Subhi As’adi atau dikenal dengan Gus As’ad (Buyut dari Asy-Syaikh Muhammad Abdul Malik) mengatakan, sejarah tentang Asy-Syaikh Muhammad Abdul Malik justru banyak diketahui dari murid-muridnya.
Empat Murid Dekat
Setidaknya ada empat murid yang bisa dikatakan sangat dekat dengan Asy-Syaikh Muhammad Abdul Malik. Mereka adalah Al Habib Al Mursyid Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dari Pekalongan, KH Abdul Hadi dari Klaten, Kiai Hambali atau Mbah Hambali dari Kudus dan KH Faturrohman dari Jakarta.
”Mereka kemana-mana selalu ikut Mbah Abdul Malik, sehingga bisa dikatakan mereka sangat dekat dan tahu sebagian sejarah dari Mbah Abdul Malik,” ungkap Gus As’ad yang kini diamanahi mengelola pondok pesantren tersebut.
Syaikh Muhammad Abdul Malik waktu menginjak usia dewasa oleh sang ayah, yakni Asy-Syaikh Muhammad Ilyas dikirim ke Mekkah untuk menimba ilmu agama. Di sana ia belajar dengan sejumlah ulama besar dan mempelajari berbagai disiplin ilmu agama, mulai dari ilmu Alquran, ilmu tafsir dan Ulumul Quran, serta ilmu hadits, fiqih, tasawuf dan lain-lain.
”Beliau belajar di Makkah cukup lama, yakni sekitar 10-15 tahun,” ujarnya kepada Suara Banyumas.
Setelah pulang dari Makkah, oleh Asy-Syaikh Muhammad Ilyas (ayahnya), ia diamanahi untuk menyebarkan Thariqah An-Naqsyabandiyyah Al-Khalidiyyah di Kedung Paruk. Di tempat ini pula, ia mendirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Bani Malik dan berkembang hingga sekarang. Selain itu, sekarang juga telah berdiri pendidikan formal berupa lembaga PAUD.
Dia mengungkapkan, selama ini kisah perjalanan Asy-Syaikh Muhammad Abdul Malik banyak diceritakan oleh Habib Luthfiy dari Pekalongan yang menjadi salah satu muridnya.
Bahkan dalam berbagai kesempatan, ia kerap menceritakan tentang kisah keteladanan dari Asy Syaikh Abdul Malik. Hal itu pula lah yang menjadikan Mbah Abdul Malik semakin banyak dikenal masyarakat.
(Baca Juga : Menziarahi Makam Syaikh ‘Abdush Shomad, Jombor, Cilongok Banyumas)
Berdasarkan sebuah sumber, Asy-Syaikh Muhammad Abdul Malik masih memiliki garis keturunan Keraton Yogyakarta. Ia merupakan cucu dari Raden Mas Haji Ali Dipowongso. Raden Mas Haji Ali Dipowongso sendiri merupakan anak dari HPA Diponegoro II dan masih keturunan dari Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III Yogyakarta.
”Jadi silsilah nasab beliau ini sebenarnya masih merupakan keturunan dari Keraton Yogyakarta,” terang Gus As’ad.