CILACAP – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap hingga saat ini masih mengaktifkan pemantauan daerah rawan bencana kekeringan, meskipun musim sudah masuk penghujan.
Langkah ini ditempuh karena hujan belum sepenuhnya menunjang ketersediaan air di sumber milik warga terdampak. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Heru Kurniawan mengatakan, sebagian warga masih membutuhkan bantuan air.
Di samping itu, hujan yang turun di awal-awal musim ini tidak setiap hari. Sehingga dikhawatirkan, warga yang sudah memiliki air cukup akhirnya kesulitan lagi.
“Yang pasti terus kami pantau wilayah rawan atau terdampak kekeringan, walaupun dalam beberapa hari terakhir sudah turun hujan,” kata Heru Kurniawan saat dimintai konfirmasi oleh suarabanyumas.com, kemarin.
Pihaknya menjamin, akan siap siaga membantu air bagi warga terdampak bersama pihak terkait. “Seperti kebutuhan bantuan air di Gunungtelu dan Ciporos, sesuai kapasitas kami salurkan bantuan air ke sana,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, BMKG menginformasikan bahwa awal musim hujan di Kabupaten Cilacap mengalami kemunduran. Di wilayah tersebut, musim hujan normalnya berlangsung pada dasarian satu, atau awal bulan Oktober.
Namun sesuai hasil evaluasi prakiraan badan itu, awal musim hujan di Cilacap baru berlangsung pada awal bulan November ini.
Persis hari pertama bulan November di Cilacap, hujan dengan intensitas ringan hingga lebat mengguyur. Namun demikian, kondisi itu belum sepenuhnya menunjang ketersediaan air bagi semua warga terdampak.
Warga terdampak kekeringan yang masih membutuhkan bantuan air, di antaranya di Desa Gunungtelu dan Ciporos, Kecamatan Karangpucung. BPBD bersama pihak terkait menyalurkan bantuan air bersih pada Senin (4/11).
Berdasarkan data BPBD Cilacap, total air bantuan yang disalurkan hingga kemarin sekurang-kurangnya sudah mencapai 937 tangki. Bantuan itu disalurkan untuk warga terdampak kekeringan di 103 desa dalam 20 kecamatan. (tg-52)