PURWOKERTO – Guru besar kedelapan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Prof Drs Ahmad MPd PhD resmi di kukuhkan dalam rapat senat terbuka di Auditorium Ukuwah Islamiyah, Kamis (2/6/2022).
Pengukuhan di lakukan Rektor UMP Dr Jebul Suroso bersama Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI Jawa Tengah, Bhimo Widyo Andoko SH MH.
Prof Ahmad di kukuhkan sebagai guru besar pendidikan matematika pada Program Studi Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMP. Saat ini, ia tercatat sebagai guru besar keenam yang masih aktif.
Baca Juga : rektor-ump-terima-penghargaan-aspikmas
Rektor UMP Dr Jebul Suroso mengatakan, dari 11 guru besar, saat ini yang masih aktif mengajar ada lima orang. Lima lainnya sudah meninggal dunia. Dengan di lantiknya Prof Ahmad, maka guru besar yang aktif kini bertambah satu lagi.
“Kita masih punya 40 dosen calon profesor lagi ke depan, dan tiga masih dalam proses menunggu untuk turun (SK). Kita berharap akan memunculkan profesor-profesor baru. Tidak hanya di bidang pendidikan saja, tapi juga dari pertanian, perikanan, ekonomi bisnis dan kesehatan,” katanya, usai pengukuhan.
Rektor berharap, kehadiran Prof Ahmad ini bisa menjadi tauladan akademik dan tauladan lain yang berbermanfaat untuk masyarakat. Mengingat tingginya marwah perguruan tinggi adalah saat keilmuan itu di gali sedemikan dalam, tetapi manfaat untuk masyarakat juga harus semakin kuat.
“Prof Ahmad ini menemukan role model pembelajaran perpaduan online learning yang sudah di terapkan dengan pembelajaran konvensional model sesuai perkembangan zaman. Ini dalam rangka transformasi pembelajaran di perguruan tinggi UMP maupun masyarakat,” katanya.
Prof Ahmad dalam orasi ilmiah mengangkat soal blanded learning berbasis smart classroom dalam pembelajaran matematika. Yakni model perpaduan pembelajaran antara online dengan offline.
Namun untuk bisa menerapkan model ini secara efektif, kata dia, masih membutuhkan pendukung peralatan yang sangat canggih, seperti mengunakan layar laptop ukuran besar.
“Kalau peralatannya lengkap, ini lebih efektif. Karena saat mengajar saya bisa lebih enjoy, juga terjadi interaktif antara dengan mahasiswa maupun antarmahasiswa. Sekali mengajar bisa di-link-an ke beberapa perguruan tinggi lainnya yang saya juga mengajar,” terangnya.
Model perpaduan ini, jelas dia, justru membuat kalangan mahasiswa atau peserta didik lebih tertarik, mengingat sampai saat ini pelajaran matematika, masih menjadi momok di sebagian pelajar-mahasiswa.
“Model ini sudah di kembangkan di UPI Bandung, UI dan ITB. Di UMP kita terapkan bertahap, karena salah satu alat laptop layar lebar minimal seharga sekitar Rp 241 juta, ada juga yang Rp 576 juta,” terang dosen pakar bidang pembelajaran dan kurikulum yang di tetapkan Kemendikbud Ristek ini.
Dari banyak model pembelajaran, supaya bisa diterima dan disenangi pesereta didik, kata Prof Ahmad, kuncinya ada dua. Yakni model efektif manakala cocok dengan materi yang akan di ajarkan.
Baca Juga : lagi-mahasiswa-ump-lolos-program-iisma-2022-di-madrid
Kedua, model itu bisa di gunakan dan efektif manakala cocok dengan karakter murid atau peserta didik.
Anak Buruh Tani
Di singgung soal proses pendidikan hingga menyandang gelar guru besar, pria kelahiran Tasikmalaya ini mengaku, saat SD dan SMP, harus jalan kaki sepanjang 7-9 km dari rumahnya, di lereng Gunung Galunggung.
Sebagai anak terakhir dari 10 bersaudara, orang tuanya hanya buruh tani. Sehingga tidak mungkin mampu mengkuliahkan.
Setelah lulus SMA, keluarganya semula tidak tahu jika ia sudah kuliah di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta.
Ia kuliah lantaran setelah gagal mengikuti seleksi angkatan darat. Saat seleksi di Bandung, ceritanya, sudah lolos. Karena masuk nominasi dari Jawa Barat, lalu di kirim ke Magelang, dan gagal masuk Akmil, karena kalah di tes pantukir tahun 1984.
Ia memutuskan tidak kembali ke kampung halaman, namun merantau ke Yogyakarta, dan bekerja.
Ia bisa kuliah setelah mengajar sebagai guru dan jualan buku di Shooping Pringharjo. Saat kuliah, juga sempat jadi asisten dosen, hingga lulus. Kemudian di terima menjadi dosen di kampusnya selama dua tahun.
Baca Juga : milad-57-ump-gelar-turnamen-voli-antar-pelajar-jateng-diy
“Keluarga baru tahu saya kuliah saat semester enam. Ini gara-gara saya dapat beasiswa harus minta tanda tangan orang tua. Awalnya saya mengajar di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (UAD) dua tahun. Setelah lulus tes PNS dosen, saya di tempatkan di UMP sebagai dosen di perbantukan (PNS DPK),” kisahnya. (aw-7)