PURWOKERTO – Proses alih status IAIN Purwokerto bersama 10 IAIN lainnya menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) telah memasuki tahap overview.
Tahap overview tersebut dibahas bersama dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang perubahan bentuk IAIN menjadi UIN dengan tema “Overview Penguatan Bangunan Epistemologi Keilmuan dan Integrasi Ilmu Islam dan Sains”. Acara ini berlangsung di Jakarta, Minggu – Senin (22-23/9).
Acara tersebut dihadiri Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Arskal Salim, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra.
Deputi IV Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan H.R. Agus Sartono, Rektor IAIN Purwokerto Dr. H. Moh Roqib, M.Ag serta Rektor dan Wakil Rektor dari 10 IAIN lainnya yang akan beralih status menjadi UIN.
Selain IAIN Purwokerto, ada 10 IAIN lainnya yang akan bertransformasi menjadi UIN. Antara lain, IAIN Jember, IAIN Tulungagung, IAIN Surakarta, IAIN Bengkulu, IAIN Palu, IAIN Ambon, IAIN Padangsidempuan, IAIN Palangkaraya, IAIN Sultan Amai Gorontalo, dan IAIN Samarinda.
Perubahan bentuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) merupakan tanggung jawab keumatan dan kebangsaan. Perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mutlak adanya untuk menangkal impor ajaran Islam dari luar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam Wasatiyah di Indonesia.
Dalam siaran pers, Guru Besar Bidang Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra menyatakan, Integrasi keilmuan Islam dan Sains harus menjadi visi UIN sebagai mandat yang lebih luas (wider mandate). Ini untuk menghasilkan umat yang kompeten, sehingga tidak ada lagi dikotomi ilmu Islam, dan ilmu umum.
Ia menyatakan PTKIN harus memperbaharui paradigma, strategi, dan cara pengelolaan lama dalam menghadapi perubahan lingkungan seperti revolusi industri 4.0. Sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang dimunculkan oleh revolusi industri 4.0.
“Ketidakmampuan perguruan tinggi beradaptasi dengan lingkungan menjadikan lembaga tidak sehat,” tegas pemegang gelar Commander of the Order of British Empire itu.
Sementara itu, Deputi IV Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenag, Agus Sartono menyampaikan dukungan penuh pada proses transformasi ini.
“Persiapan secara kelembagaan perlu disiapkan dari sekarang, sehingga proses menuju UIN lebih mudah,” jelasnya.
Agus juga selalu berbagi rekomendasi kepada para rektor untuk memajukan PTKIN. Menurutnya, PTKIN wajib menyusun rencana bisnis untuk mencapai target akreditasi institusi dan program studi. Selain itu, rektor juga harus menandatangani kontrak kinerja terkait pencapaian target selama masa jabatan.
Sementara itu, pemerintah harus menyiapkan reward dan punishment terhadap capaian kinerja institusi pendidikan, khususnya pada PTKIN yang sudah berubah menjadi UIN.(K17-60)