ADANYA klaster Covid-19 pesantren di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, tak membuat patah semangat para santri dan warga pesantren. Justru di tengah menghadapi pembatasan sosial berskala ketat atau lockdown lokal, mereka semakin kreatif mengisi waktu selama karantina dilaksanakan.
“Dalam situasi begini, butuh nutrisi bahagia sepanjang hari. Mari bantu mereka..,” tulis salah satu kiai dan santri via pesan di aplikasi ponsel pintarnya pintarnya. Dalam pesan tersebut, menyertakan emoticon serta gambar yang bikin kamu ketawa dan gembira.
Gambar itu menceritakan seorang pelaksana medis kesehatan atau satgas Covid-19 di tengah upaya melakukan tugasnya. Saat mengecek kesehatan para santri mereka menggunakan kostum bak astronot dan berpose bak foto model, sang Kiai dengan pesan “Covid.. siapa takut… ?” dengan emoticon bendera merah putih dan semangat. Lalu ditimpali ketika astronot turun dan singgah di bumi santri…
Itulah gambaran yang beberapa hari ini dijalani warga pesantren dan tim Sahabat Santri dan Kiai (Sakti) di Cigaru, Desa Cibeunying Kecamatan Majenang. Dengan adanya lockdown, warga pesantren membatasi keluar masuk orang ke komplek pesantren. Semua jalan yang mengarah ditutupnya dan mereka mengurangi aktivitas untuk menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan.
“Mereka cukup kreatif dalam mengisi waktu untuk menjalani proses karantina selama 15 hari. Mereka membuat konten menarik. Mulai dari membuat konten dakwah mengajak rajin ibadah, konten lucu hingga konten untuk menarik kepedulian warga untuk membantu,” ujar Ketua Gugus tugas desa setempat, Lili Warli yang mengapresiasi gerakan sosial komunitas santri dan Tim Sakti tersebut.
Video Pendek
Nah, selain unggahan konten lucu dan membangkitkan semangat antara warga santri yang dikarantina, sejumlah dari mereka juga membuat narasi melalui video pendek. Video pendek dengan sederhana mereka buat untuk menceritakan kisah mereka selama dalam penjara isolasi baik santri maupun kiai.
“Ada pula video dengan mengetengahkan kaum sarungan bermain kartu remi yang sesungguhnya sindirantentang ajakan ingat sholat lima waktu. Ini semakin kreatif sehingga menarik perhatian warga di luar pesantren untuk turut serta memberi bantuan mereka. Terutama untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama karantina atau lockdown lokal pesantren,” jelas Imam.
Sementara itu ajakan untuk menarik bantuan juga makin digencarkan Tim Sakti/Sahabat Kiai dan Santri, seperti Lesbumi Majenang, Gusdurian Majenang, Banom2 NU Majenang, GP Ansor-Banser juga Alumni Pesantren Cigaru. Semua paham dan menyadari bahwa lockdown guna cegah Covid-19 makin berdampak dan meluas.
(Baca Juga : 167 Santri di Majenang Ikuti Tes Swab )
Apresiasi Gerakan Sosial
Lili Warli yang juga Kepala Desa Cibeunying Kecamatan Majenang menjelaskan, penggagas gerakan solidaritas kemanusiaan ini adalah Gus Imam Hamidi Antassalam (IHA). Dia selama ini dikenal sebagai pendamping desa dan penggiat pemberdayaan seni budaya masyarakat terutama pesantren.
“Melalui tim sakti tersebut, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia NU Majenang dan juga para koleganya secara profesional bersama pemerintah bisa dipercaya mampu mensosialisasikan gerakan melawan pencegahan virus corona. Secara gotong royong, swadaya, dan partisipatoris,” jelasnya.
Sementara itu Imam Hamidi Antassalam atau yang akrab dipanggil Gus IHA, menyatakan tim Sakti memiliki visi membangun gerakan solidaritas antarwarga dan antar kelompok masyarakat. Ini perlu dukungan semua pihak dalam rangka mencegah dampak krisis virus corona yang makin meluas.
Ia mengapresiasi gerak cepat Satgas Pencegahan Covid-19 yang bertanggungjawab dalam penerimaan hingga penyaluran bantuan covid-19 di pesantren Cigaru.
“Masyarakat cenderung jadi pengamat, penonton, bahkan menyalahkan pemerintah. Mereka panik dan takut, padahal kekuatan utama saat menghadapi berbagai macam krisis adalah solidaritas,” terangnya. (Susanto-)