Menjelang puasa atau setiap tanggal 15 bulan Sya’ban, warga Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah memiliki tradisi unik, mereka berendam di Kali Cawang, sungai yang berlokasi di jantung desa tersebut.
Tradisi Kungkum Kali Cawang di Desa Banjarpanepen, merupakan tradisi yang dilakukan dengan upacara mandi bersama. Warga setempat berkumpul di tempuran (percabangan) Kali Cawang ketika bulan purnama tepat berada di atas kepala.
Selama berendam, warga berdoa, lalu diguyur dengan bunga tujuh rupa. Saat mandi bersama ini, seluruh lampu penerang dipadamkan.
Sesepuh adat Jagabudaya, Lamus mengatakan, tradisi berendam di sungai tersebut sudah dilakukan secara turun temurun. Upacara adat itu sempat berhenti sekitar tahun 1980an.
“Sejak tahun 2017 dihidupkan lagi, setiap tanggal 15 bulan Sya’ban atau Sadran masyarakat, tua muda, anak-anak remaja, berkumpul di Kali Cawang untuk berendam bersama,” ujar Lamus.
Lamus menyebutkan, menurut kepercayaan masyarakat, membersihkan diri di sungai ini bakal mendapat kehidupan yang tenang dan rezeki yang melimpah. Selain itu, ada sebagian yang percaya air Kali Cawang membawa berkah awet muda.
Pada masa lalu, tempuran Kali Cawang menjadi tempat bersemedi para pesohor dan penganut kepercayaan kejawen. Mereka mengheningkan cipta untuk memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Banjarpanepen, Turimin mengatakan, Tradisi Kungkum Kali Cawang saat ini dikemas dalam bentuk atraksi wisata. Selain kungkum kali, warga juga membuat pasar malam yang menyajikan kuliner khas desa, seperti aneka olahan oyek. Area Kali Cawang pun dihias dengan obor sebagai penerang.
Tradisi Kungkum Kali Cawang juga dikemas dengan beragam acara menarik mulai dari pertunjukan lengger, kidungan, pasar kuliner tradisional dan hiburan kesenian lainnya.
“Nilai-nilai tradisi tersebut kami hidupkan lagi untuk menambah daya tarik desa wisata,” ujar Turimin.
Baca : Menguji Adrenalin di Curug Gogor Purbalingga
Selain wisata religi Kali Cawang, di Desa Banjarpanepen juga terdapat situs Watu Jonggol dan Curug Klapa yang saat ini tengah dikembangkan sebagai objek wisata oleh Pokdarwis.
“Akses menuju curug masih terjal, jadi harus dibuatkan jalan yang lebih mudah untuk pengunjung,” kata Turimin. [NS/YS]