Masjid Saka Tunggal yang berlokasi di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, selama ini dikenal masyarakat karena keunikannya yang memiliki tiang atau saka yang berjumlah satu buah di tengah bangunannya.
Selain keunikan bangunannya, keberadaan ratusan kera yang tersebar di beberapa tempat, seperti pelataran masjid, areal pemakaman dan rumah-rumah warga yang tinggal di sekitar masjid, menjadi keunikan lain yang dimiliki Masjid Saka Tunggal. Namun siapa sangka, ada cerita legenda yang menarik di balik keberadaan kera-kera tersebut.
Warga yang tinggal di sekitar kompleks masjid kuno ini, mempercayai sejarah lisan yang telah diwariskan secara turun-temurun tentang awal mula keberadaan ratusan kera di Cikakak.
Juru kunci Masjid Saka Tunggal, Sulam mengungkapkan, keberadaan kera-kera di kompleks masjid memiliki kaitan dengan kutukan yang dilontarkan oleh Mbah Mustolih, pendiri masjid, kepada beberapa santrinya.
Menurut Sulam, kutukan ini bermula dari kewajiban shalat Jum’at bagi para santri yang diasuh oleh Mbah Mustolih. Beberapa santri, ternyata melanggar kewajiban ini, mereka meninggalkan masjid dan pergi menangkap ikan di sungai hingga membuat keributan.
Melihat perilaku santri yang demikian, Mbah Mustolih kecewa dan marah besar. Dia mengucapkan perkataan bahwa kelakuan para santri tidak ada bedanya dengan perilaku kera. Mbah Mustolih, dipercaya memiliki kelebihan karena kesalehannya sebagaimana dimiliki para kyai. Tak disangka, kalimat yang diucapkan oleh Mbah Mustolih justru menjadi bencana, beberapa santri yang tengah mencari ikan di sungai tersebut berubah menjadi gerombolan kera.
“Legenda ini yang diceritakan kepada saya,” ujar Sulam beberapa waktu lalu.
Bagi Sulam, benar atau tidaknya kejadian ini, ada pesan baik yang bisa diambil dari legenda tersebut. Sulam mengatakan, manusia tidak boleh berperilaku selayaknya hewan. Kera merupakan simbol hasrat keserakahan, dimana manusia yang baik harus bisa mengekangnya dengan menebalkan kesalehan.
“Kera-kera tersebut, cerminan perilaku kita yang mesti kita kekang,” kata Sulam.
Keberadaan ratusan kera di kompleks Masjid Saka Tunggal memang menjadi keunikan tersendiri. Masyarakat di sekitar masjid telah terbiasa hidup berdampingan dengan kera-kera ini.
Tak jarang, para pengunjung yang datang ke kompleks masjid yang menjadi warisan budaya ini juga berinteraksi dengan kera-kera ini. Pengunjung bisa memberikan makanan kepada para kera, tentunya dengan tetap berhati-hati.