PURBALINGGA- Seluruh desa di Kabupaten Purbalingga diinstruksikan untuk membuat tempat karantina bagi pemudik sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19. Tak terkecuali dengan Pemdes Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga.
Berbeda dengan desa lain yang menyediakan rumah atau bangunan, Pemdes Serang justru mendirikan tenda di tengah hutan pinus di kompleks Desa Wisata Lembah Asri Serang (DLAS).
Salah satu pemudik yang diisolasi, Arifin (23) mengaku, datang ke tempat karantina atas inisiatif sendiri. Pasalnya, dia khawatir membawa virus Korona sepulang dari Jakarta dan menular ke keluarganya di rumah.
awalnya dia merasa khawatir jika tinggal di hutan berada di tenda. Takut tempat itu gelap, belum lagi udaranya yang dingin karena lokasinya dataran tinggi berada tak jauh dari Gunung Slamet.
“Tapi begitu mengetahui fasilitas yang diberikan oleh pemerintah desa, saya merasa betah. Suasana alamnya juga membuat nyaman, tidak seperti di Jakarta,” kata pria yang sebelumnya bekerja di daerah Jakarta Barat ini.
Arifin sudah 12 hari menjalani karantina di dalam tenda. Selama itu pula dia mendapatkan fasilitas yang sangat baik oleh Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Desa Serang. Dia tidak merasa khawatir kelaparan karena selama di situ diberi makan tiga kali dalam sehari.
“Fasilitasnya juga lengkap. Ada MCK (mandi cuci kakus), ada lampu penerangan jadi kalau malam tidak gelap. Ada listriknya juga jadi bisa ngecas HP,” katanya.
Pertimbangan
Kades Serang, Sugito mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa Pemdes membuat lokasi karantina di hutan pinus. Antara lain, lokasinya cukup jauh dari pemukiman sehingga warga merasa lebih aman.
“Karena tidak sedikit warga yang khawatir bila anggota keluarga mereka yang mudik dikarantina di rumah. Takut pemudik membawa virus Korona,” katanya.
Alasan lain, pihaknya bisa lebih mudah mengontrol pemudik karena dilokalisir di satu tempat. Dan yang pasti, memberi efek jera bagi warganya yang nekat mudik.
Walau demikian, pihaknya tetap memberikan pelayanan yang prima kepada para pemudik yang dikarantina. Fasilitas MCK berupa bangunan permanen di lokasi itu. Ada pula lampu penerangan dan listrik. Selain itu mereka juga mendapat jatah makan tiga kali sehari dari desa.
“Pokoknya, kami buat senyaman mungkin. Bagamanapun juga, mereka kan juga warga sini. Fasilitasnya lengkap. Di dalam tenda ada kasur, selimut dan bantal. Jadi mereka nyaman seperti kemping di tempat wisata yang biasa kami tawarkan ke wisatawan,” katanya.
Sekarang ada dua pemudik yang dikarantina. Relawan dari Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Desa Serang berjaga di sekitar lokasi selama 24 jam secara bergantian. Pihaknya menyediakan 100 tenda sebagai antisipasi bila ada lonjakan pemudik.
Sugito menambahkan, alasan lain dari pembuatan tenda karantina yaitu sebagai program promosi wisata. Mengingat Desa Serang merupakan desa wisata unggulan yang menawarkan konsep wisata alam.
Asal tahu saja, lokasi karantina itu sebenarnya berada di komplek wisata DLAS. Namun karena adanya pandemi Korona, tempat wisata yang dikelola oleh BUMDes itu harus ditutup untuk sementara waktu.
Imbas dari penutupan itu, 30 karyawan BUMDes dirumahkan dan 160 pedagang tidak berjualan. Namun demikian, pengelola tetap memberikan para karyawan gaji 50 persen. Untuk diketahui, tahun 2019 lalu, BUMDes memperoleh pendapatan sekitar Rp 3,4 miliar.
“Sembari menunggu pandemi selesai, kami berbenah membangun titik-titik wisata baru dan promosi,” tutupnya. (H82)