CILACAP – Gangguan lalu lintas sempat terjadi di jalur selatan Jawa ruas Karangpucung, Kabupaten Cilacap sampai ke batas Jawa Barat, Rabu (1/1) sore akibat terdampak luapan lumpur di sejumlah titik.
Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana Jalan Nasional Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Wilayah Wangon-Batas Jabar, Yuli Krisdianto, melalui Pengawas Lapangan, Pujiono mendata ada tiga titik yang terdampak. Masing-masing pada KM 76+100 Banyumas masuk Desa Rejodadi, Kecamatan Cimanggu dan KM 78+300 masuk Padangjaya, Majenang. Satu lagi KM 61+400 Banyumas masuk Desa Karangpucung, Kecamatan Karangpucung.
“Kondisi jalan terdampak luapan lumpur, sehingga lalu lintas kendaraan sempat terganggu,” katanya, saat dikonfirmasi SuaraBanyumas, Kamis (2/1).
Dampak tersebut kemudian langsung dilakukan penanganan. Dia menyontohkan penanganan di KM 76+100 Banyumas dengan mendatangkan alat berat. Sistem penanganan berupa pengerukan lumpur menggunakan loader. Kemudian disiram air dan pembersihan dengan dibantu warga setempat bersama pihak terkait.
“Jadinya bisa cepat teratasi. Dengan begitu lalu lintas bisa segera lancar,” kata dia.
Pihaknya memastikan, bahwa dampak luapan lumpur pada gangguan lalu lintas. Lumpur menghambat laju kendaraan karena bila dipaksakan melaju cepat bisa membahayakan.
Namun, luapan lumpur tidak menimbulkan kerusakan jalan. “Untuk kondisi jalan itu aman. Dampaknya pada lalu lintas dan melalui peran dari banyak pihak yang terlibat dalam penanganan, akhirnya segera teratasi,” kata dia.
Pihaknya mengapresiasi kepedulian warga maupun pihak-pihak terkait. Antara lain dari unsur UPT BPBD dan Pos Damkar Majenang, Perhutani, Dinas Bina Marga, Forkompinca, pemerintah desa hingga warga di wilayah masing-masing.
“Kami mengapresiasi kepedulian warga sekitar dan pihak terkait. Karena dalam penanganan itu banyak membantu,” kata dia.
Kepala UPT BPBD Majenang, Edi Sapto Priyono mengatakan, secara umum luapan lumpur dipicu kondisi lingkungan dan curah hujan. “Jadi untuk dampak lumpur seperti di Padangjaya itu kan tanah tebing. Di situ kondisi tanah sedang gembur, sehingga ketika diguyur hujan jadi mudah terbawa air dan masuk ke jalan,” kata Edi Sapto saat dikonfirmasi.
Edi menyampaikan, hujan saat itu cukup lebat dan relatif lama. Hal itu tidak terlepas dari kondisi musim yang sudah masuk penghujan.
“Alhamdulillah, berkat peran dan kerja sama semua pihak dapat tertangani saat itu juga,” kata dia.
Tanah Longsor
Sementara itu, hujan lebat juga memicu terjadinya tanah longsor di sejumlah wilayah eks distrik Majenang. Satu di antaranya di Dusun Ciawi RT03 RW02 Desa Sepatnunggal Kecamatan Majenang.
BPBD mencatat, longsor di wilayah itu terjadi pada Rabu (1/1), kisaran pukul 17.00 wib. “Itu longsor susulan yang material longsorannya menimpa rumah Bapak Wahyudi,” kata Edi.
Di hari yang sama, longsor juga terjadi di Desa Tayem Kecamatan Karangpucung dan Desa Negarajati, Cimanggu. Longsor di Tayem mengakibatian kerusakan satu rumah warga. Sedangkan longsor di Negarajati mengancam satu rumah warga.
Menurut Edi Sapto, penyebabnya hujan lebat dan relatif lama. “Jadi daerah longsor merupakan daerah dengan kemiringan tebing yang cukup curam dan kondisi tanah cenderung labil. Karena itu, saat diguyur hujan lebat dan lama jadi mudah mengalami pergerakan,” kata dia.
Pihaknya memastikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Sedangkan kerugian tanah longsor masih dalam penghitungan.
“Untuk penanganan dilakukan kerja bakti dengan melibatkan lintas sektoral di wilayah berikut masyarakat setempat,” kata dia.
Sesuai kapasitas, pihaknya mengajak warga dan pihak terkait untuk mengantisipasi bencana tanah gerak. Sebab sesuai pemetaan BPBD, wilayah eks distrik Majenang memiliki banyak titik rawan longsor. (tg-52)