PURWOKERTO – Menjamurnya toko modern di sejumlah daerah, termasuk Banyumas tak mempengaruhi usaha toko kelontong. Hal ini karena pangsa pasar mereka berbeda.
Menurut pemilik toko kelontong di Kecamatan Kemranjen, Banyumas, Yulian Ranto, segmen pasar toko kelontong kecenderungan untuk memenuhi permintaan pedagang kecil atau untuk kulakan.
Sedangkan toko modern seperti minimarket jaringan untuk melayani konsumen eceran. “Kami masih bertahan karena punya pasar sendiri-sendiri,” ujarnya, Selasa (5/5).
Dia menambahkan, untuk harga juga sedikit berbeda. Di toko kelontong harganya lebih murah dibandingkan dengan harga eceran di toko modern. “Kami sih tidak masalah. Yang masalah sekarang justru permintaan di tengah pandemi Covid-19 turun drastis. Yang jalan cuman permintaan sembako,” katanya.
Meskipun demikian, toko kelontong pun kini mulai mengikuti perubahan perilaku konsumen. Sekarang tidak hanya persaingan harga, namun persaingan pelayanan perlu menjadi perhatian para pemilik toko kelontong.
Akhir-akhir ini, mereka mulai menerapkan sistem pelayanan pesan antar via online. Ini juga untuk meningkatkan loyalitas pelanggan dengan mengandalkan kemudahan teknologi.
“Sekarang pesan dagangan lewat online. Kemudian kami kirim barangnya. Uangnya bisa transfer, bisa juga langsung bayar di tempat. Kami lebih fleksibel karena memang sekarang persaingannya sudah lebih pada peningkatan pelayanan konsumen,” tuturnya.
Pemilik warung sembako di Purwokerto, Nur Kholis menambahkan, sekarang pembelian barang dagangan lebih banyak memanfaatkan media online. “Sekarang pesan lewat WhatsApp sudah bisa kirim. Sekarang model pesan antar sudah mulai diterapkan di warung-warung kecil. Mungkin karena era-nya sudah masuk era teknologi, jadi pesanan online sudah mulai banyak diterapkan,” katanya. (H60-)