PURBALINGGA – Sekelompok orang yang mengatasnamakan Kelompok Seniman dan Komunitas Audio Purbalingga mendatangi kompleks Pendapa Dipokusumo Purbalingga, Minggu (18/5) sore. Mereka memprotes kegiatan pentas virtual penggalangan donasi “Kangen Manggung” yang digelar oleh Dewan Kesenian Purbalingga (DKP).
Rombongan datang menggunakan sejumlah mobil bak terbuka dan mengangkut sejumlah peralatan sound system di atasnya. Mereka juga memprotes konser musik amal peduli Covid-19 yang diinisiasi oleh musisi-musisi Purbalingga di wilayah Kecamatan Kalimanah pada hari yang sama.
Mereka kemudian diterima di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Purbalingga dan beraudiensi. Mereka diterima oleh Kepala Satpol PP Suroto, Kepala Kantor Kesbangpol Gatot Budiraharjo, Kabid Kebudayaan Dindikbud Rien Anggraheni, Ketua DKP Bowo Leksono dan seniman musik Martin Soliswan.
Koordinator lapangan aksi, Patuh mengatakan, aksi mereka dilakukan atas dasar keresahan bersama yang meledak, mewakili para seniman di kalangan bawah. Keresahan itu berawal dari adanya poster pergelaran budaya yang bertolak belakang dengan kondisi yang tidak bisa berkesenian karena korona.
Event yang mereka tahu ada di dua titik, yaitu di Kalimanah dan di belakang rumah dinas Bupati oleh Dewan Kesenian Purbalingga. Karena korona, selama ini, para seniman di kalangan bawah dan seniman sound system itu tidak dapat job. Para pelaku seni di bawah yang bergerak mandiri itu merasa terusik dengan adanya pementasan di tengah kondisi mereka yang menahan aksi pentas mereka. Menurut mereka pentas di dua lokasi juga dinilai terlalu berlebihan dengan tata panggung yang mewah.
“Karena itu, kami meminta agar kegiatan budaya tersebut dihentikan. Baik yang di Dewan Kesenian Purbalingga maupun yang di Kalimanah,” katanya.
Lebih lanjut, mereka juga mempertanyakan kepada Dindikbud Kabupaten Purbalingga perihal pendataan seniman. Beberapa waktu lalu, mereka sudah dimintai fotokopi KTP oleh Dindikbud, namun hingga menjelang lebaran tidak ada titik terang.
Ketua DKP, Bowo Leksono mengatakan, pelaksanaan “Kangen Manggung” atas inisiasi pelaku seni tradisi. DKP membantu mereka yang kurang memahami pentas secara virtual. Pentas dilakukan secara live streaming tanpa adanya penonton.
Harus Kreatif
Menurutnya, seniman harus kreatif berkarya, bukan menunggu pemberian. Pentas penggalangan donasi ini akan peruntukan untuk seniman yang tidak bisa bergerak atau hidupnya mengandalkan kesenian.
“Kalau dihentikan, terus terang kami tidak bersedia. Akan kami lawan. Silakan yang konser amal di Kalimanah juga dihentikan,” tegasnya.
Kabid Kebudayaan Dindikbud Purbalingga, Rien Anggraeni mengatakan, pentas “Kangen Manggung” yang diinisiasi DKP dilakukan atas keprihatinan DKP melihan seniman yang tidak bekerja di masa pandemi Covid-19.
Pihaknya sudah mendata seniman yang mutlak bekerja sebagai seniman dan tidak mempunyai pekerjaan lain, atau seniman yang dibatalkan job-nya. Setidaknya terdata 1.630 seniman dan tervalidasi 890 seniman.
“Untuk pekerja seni dengan penghasilan di bawah Rp 3 juta, Kemdikbud sudah melangkah data melalui online. Dari Purbalingga terdata 90 orang. Pemprov juga menginstruksikan mendata pekerja seni dan seniman. Kami juga inisiatif mendata karena ada instruksi dari Dirjen Kebudayaan, seniman merupakan tanggung jawab Bupati,” katanya.
Kepala Satpol PP Purbalingga, Suroto mengatakan, pentas “Kangen Manggung” oleh DKP dilakukan live show secara streaming online. Kenapa dilakukan di belakang rumah dinas Bupati karena agar tidak ada penontonnya, serta pengamanannya dapat dilakukan secaara efektif dan efisien. Pentas ini sangat memerhatikan SOP protokol kesehatan. Tidak ada penonton dan dilakukan dengan durasi sangat singkat.
“Kedatangan saudara Mitro dan rekan-rekan yang juga atas nama seniman, mungkin karena adanya komunikasi yang tidak lancar. Semoga setelah pertemuan ini ada komunikasi yang jelas, sehingga kita semua saling memahami terkait dampak Covid-19,” katanya.
Kesepakatan
Kepala Kantor Kesbangpol Purbalingga, Gatot Budirahardjo meminta agar semua pihak saling memahami dan mencari kesepakatan. Acara pentas yang sedang berlangsung merupakan kreativitas anak bangsa. Sangat tidak elok bila kegiatan berkesenian yang sudah jalan tiba-tiba dihentikan.
Pada kesempatan itu diperoleh kesepakatan, pentas “Kangen Manggung” tetap dilaksanakan untuk satu hari terakhir. Tetapi dilakukan tanpa panggung rigging dan disederhanakan.
Sementara itu, pentas “Kangen Manggung” kemarin sore tidak terganggun oleh aksi protes Kelompok Seniman dan Komunitas Audio Purbalingga. Adapun pentas pada sore itu adalah begalan oleh Tuwarno, tari tradisi oleh Chandra dkk, calung ruwet oleh Ferry dkk, akustik reagae oleh Agung Asap Uye dkk, dramatic reading oleh Ryan Rachman dari Katasapa ft Ayiz, kentongan oleh Laskan Aji Saka, monolog oleh Agustav Triono dari Katasapa, band dari Kamuajo dan Ganis dkk Band.
Pentas “Kangen Manggung” digelar selama tiga hari sejak Sabtu (16/5). Adapun pentas itu masih akan digelar sekali di hari terakhir, Senin (18/5) sore. (H82)