Sepertinya tanah Madura selalu melahirkan penyair-penyair andal. Salah satunya Saiful Bahri yang karya-karyanya layak diperhitungkan. Selamat membaca puisi-puisi Saiful Bahri.
JULI DAN HUJAN
Martabat hujan menyingkirkan tandus kemarau
Membawakan secercah khayal yang terjal
Alif jatuh menumbuhkan mata alis waktu.
Malam. Kabut meradang. Klonal membujuk
batas yang terapung di laman oposisi. Mati.
Rintik hujan merajam ingatan penuh tuduhan.
Kasih sedih jumpalitan, tenung hatif menuduh
tali rafia di laman kenangan. Ia masam seribu
ingatan. Hunus di leher penyair yang berzikir.
Ini malam menuntun waktu dan ambigu hujan
Basah di kebun bersorak ria sebab rintiknya
Rumput bergoyang teriak bangkit berterima kasih
Juli yang asri masih menyimpan tarian hujan
Tangan batu janur melambaikan kegembiraan
Bersetubuh gigil umpama yang berias ritme asma-Nya.
Sumenep, 2021
(Baca Juga : Puisi-Puisi Diana Fadila)
Puisi-Puisi Saiful Bahri
KOPI DAN BULAN JULI
Asap terbang menyelinap iga bayang-bayang
Bulan tidur di kasur kabut-kabut gelapnya
Beriak air hujan berserah doa pada rintiknya.
Dingin tak pernah menyesal tertendang hujan
kopi di bulan Juli tak pernah dosa akan hitamnya.
Di luar ia berseteru dengan waktu. Aku dan malam
Masih berdialog tentang masa. Masa yang pernah Juli
Tulis di lembar moksa kasih dan doa-doa peristiwa.
Sumenep, 2021
Puisi-Puisi Saiful Bahri
TABIAT MUSIM
Pancaroba hujan menjujur kirmizi waktu
Jendela biru mengajak tangan merayunya
Kaca dan pintu memutus gundah di dadanya.
Asbak selalu dekat dengan tabiat-tabiat kata
Jarum jam tersabet kilau-kilau asmaragama
Buku-buku berantakan. Raung rindu beterbangan.
Buih kasih janji meramal tali malam
Redup cuaca malam menyimpan rintik hujan
Labirin memanggil dosa menukik jumpa dalam doa
Kaki tangan jejak meramal tumpukan musim
Kamus di dada cangkir berdiam tanpa kata
Dompet cokelat kabel menjalar ke pagar doa
Lima belas menit malam menyamar jadi aku
Pipi gatal berasa kedip yang mencabik
Ia berteduh di musimnya, diam bersamanya.
Sumenep, 2021
(Baca Juga : Puisi-Puisi Bagus Likurnianto)
RITME WAKTU
Malam. Tangan waktu nada beritme kesunyian
Nun jauh hujan menyapa puri bayang
Sejuk sejak irama waktu bersenandung Tuhan
Sedetik ritme berjumpa dengan mufasal doa
Obituarium kesetiaan melawan rada kehampaan
Epilog tenang terimpit jalur kelaparan
Semadi selawat bersujud merusuk mata alis
Diraut pisau-pisau imperium nada kiriman
Improvisasi awak nagari, berpuisi jejak Nabi
Kalau tandang hujan merantau ke pulau doa
Ritus sejarah daring membayangkan suasana
Berserah kita tabah nan berlabuh kita tangguh
Waktu dan aku kini bicara amsal suara-suara sepi
Matanya menghadap ke kiblat menyusur tembok
Insan lalang beralun nada beriak air mata dosa
Sumenep, 2021
SEPERTIGA LUKA
Iris kenang menyeret fana
Malam bertasbih melamun luka
Dosa-dosa berantakan. Bertebaran.
Musim hujan berteriak
Musim kenang berserah doa
meringkus sepertiga jumpa kata
Umpama majas meronta-ronta
ada rumput di kepalanya
Wajahnya semampai gamang
Musik sepi mengitari
Labirin dosa menerpa asa
Ranum merasuk mufasal nama
Kusimpan sepertiga malam
Di mangkok ada bibirnya
Terminum silau waktu
Sumenep, 09 Juli 2021
Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, O5 Februari 1995. Ia mengabdi di Madrasah Al-Huda. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di kajian sastra Komunitas Literasi Semenjak. Ada pula Fok@da (Forum komunikasi alumni Al-Huda), Organisasi Pemuda Purnama. Lesbumi PAC NU GAPURA. Pendidik setia di komunitas (Literasi Kamis Sore).