ADA yang khas dalam upacara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Alun-alun Majenang, Kabupaten Cilacap, Selasa (22/10).
Para petugas hingga peserta upacara kompak mengenakan busana yang menjadi ‘ciri khas’ santri, yakni sarungan. Busana itu kemudian dipadukan dengan baju serba putih lengan panjang, serta songkok warna hitam.
Paduan warna busana juga berlaku bagi petugas dan peserta perempuan. Bedanya, mereka mengenangan rok panjang dan jilbab.
Upacara sendiri diikuti oleh 2.000 orang. Di antaranya dari Forkompincam, dinas dan instansi terkait, kepala desa hingga organisasi kemasyarakat. Bertindak sebagai pembina upacara, Camat Majenang, Bintang Dwi Cahyono.
Dalam kesempatan tersebut, juga hadir dari Pimpinan Gereja Paroki Santa Theresia Majenang, Romo Bonifasius Abas.
Selesai upacara kemudian dilanjutkan dengan tasyakuran di pendapa Kecamatan Majenang. Tasyakuran berupa makan tumpeng bersama.
Tak berhenti sampai di situ, peringatan HSN juga diisi dengan pentas seni pada Selasa malamnya.
Ditanya mengenai kehadiran Romo Bonifasius Abas, Bintang Dwi Cahyono membenarkan. “Itu sebagai bentuk apresiasi dan dalam rangka menjaga toleransi kerukunan antarumat beragama,” kata Bintang Dwi Cahyono kepada Suarabanyumas.com
Pernyataan itu sejalan dengan amanat yang disampaikan olehnya saat upacara. Dalam kesempatan tersebut, dia mengimbau untuk terus menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama. Kondusifitas di Majenang yang sudah berlangsung selama ini, juga diminta untuk terus dijaga.
Bintang juga memberikan ucapan selamat atas dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden RI, Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin.
“Kami mengucapkan terimakasih atas terlaksananya peringatan HSN ini,” kata dia.
Upacara dengan busana serupa juga berlaku di kecamatan lain di Kabupaten Cilacap, termasuk Kecamatan Gandrungmangu. Seragam sarung, songkok dan jilbab menjadi busana seragam upacara.
Ketua Panitia HSN Gandrungmangu, Sohirin mengatakan, upacara digelar di Alun-alun Gandrungmangu. Pesertanya mencapai 10.000 orang lebih.
“Pesertanya cukup banyak, karena selain unsur pemerintahan, dari pondok pesantren sampai lembaga pendidikan dan organisasi, terutama yang bernaung di NU ikut semua,” kata dia. (tg-37)