PURWOKERTO – Sistem zonasi yang diterapkan dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), ternyata memberikan dampak bagi sekolah. Oleh karena itu, strategi dalam pengembangan sekolah perlu diubah.
Pendapat itu diungkapkan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMP Kabupaten Banyumas, Suhriyanto, kemarin. Menurutnya, sistem zonasi yang diberlakukan dalam penerimaan siswa baru tahun ini, setidaknya memberikan dampak yang cukup besar bagi sekolah.
Sekolah yang selama ini dianggap favorit dan mendapatkan peserta didik dengan nilai akademik tinggi, dalam penerimaan peserta didik baru tahun ini sudah tidak berbuat banyak. Pasalnya peserta didik yang diterima memiliki latar belakang kemampuan akademik yang berbeda-beda.
Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas akademik peserta didik menjadi lebih beragam/bervariasi. Pasalnya peserta didk dengan prestasi akademik tinggi dari berbagai wilayah, tidak bisa mendaftar lantaran terbentur aturan zonasi.
Prestasi Akademik
Kendati demikian, lanjut dia, sekolah masih bisa meningkatkan prestasi peserta didik. Sekolah tidak harus mendorong prestasi siswa dari bidang akademik saja, tetapi prestasi lain di luar akademik juga bisa didorong.
“Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah-sekolah yang selama ini dianggap sebagai sekolah favorit. Para guru harus mampu mendorong prestasi siswa yang dari segi input prestasi akademiknya pas-pasan atau di bawah standar,” ujar dia.
Menurutnya, peserta didik dengan prestasi akademik yang pas-pasan atau di bawah standar bukan berarti mereka tidak memiliki prestasi lain. Bahkan tidak tertutup kemungkinan mereka memiliki potensi lain di luar prestasi akademik.
Oleh karena itu, kata dia, sekolah perlu mengubah strategi pengembangan. Sekolah semestinya tidak perlu lagi terpaku mengejar hasil akademik, khususnya hasil ujian nasional.
Adapun strategi yang dapat diterapkan sekolah, salah satunya menjembatani segala bentuk potensi yang dimiliki siswa.
“Mereka tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda. Ada yang mempunyai potensi di bidang seni, olahraga, kesehatan atau yang lainnya,” ujar dia.
Mereka perlu difasilitasi agar potensi yang mereka miliki tersebut mampu berkembang dengan optimal. Meski demikian, diakui untuk merealisasikannya tidak mudah dan membutuhkan biaya yang besar.
“Terkait dengan biaya, kami kira jika dikomunikasikan dengan komite sekolah atau orang tua, bisa dicarikan jalan keluarnya,” jelas Suhriyanto.
Selama ini ada anggapan bila siswa hasil ujian nasionalnya bagus, maka kualitas sekolah tersebut bagus. Demikian pula sebaliknya jika hasil ujian nasionalnya jelek, maka sekolah itu dikatakan jelek kualitasnya.
Anggapan seperti itu perlu diluruskan, sebab meski hasil ujiannya jelek, namun tidak tertutup kemungkinan siswa memiliki prestasi lain di luar akademik, baik di bidang seni, olahraga maupun yang lainnya.(H48-20)