TAHUN baru hijriyah, tidak dapat dilepaskan dari proses hijrah Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, menurut Wakil Rektor 2 IAIN Purwokerto Dr Ridwan MAg, tahun baru harus dimaknai sebagai momentum untuk melakukan muhasabah atau koreksi diri terkait dengan capaian-capaian yang telah diraih tahun lalu. Hasil muhasabah kemudian dijadikan dasar untuk melakukan proyeksi dan perencanaan masa depan.
Sehingga kemudian, lanjutnya Umat Islam memiliki semangat perubahan dari tahun kemarin, untuk dapat berbuat lebih baik di tahun depan. Ia menjelaskan, spirit dalam berhijrah tidak lain merupakan spirit Move On. Yaitu dari posisi yang sekarang ke posisi yang akan datang.
“Dari posisi yang baik, menuju posisi yang lebih baik lagi,” ucapnya.
Sementara itu dalam situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, maka harus ada penyesuaian dari sisi teknis mengenai cara memperingati tahun baru. “Dulu mungkin diperingati dengan yang sifatnya seremonial seperti karnaval, saat ini mungkin sebaiknya ditiadakan sebagai bagian dari penyesuaian terhadap keadaan ini,” tuturnya.
Ia mengatakan, hal yang sifatnya seremonial seperti karnaval merupakan dimensi instrumental dari tahun baru, namun demikian spirit dari peringatan tahun baru inilah yang justru harus ditangkap. Yaitu, lanjut dia, spirit untuk melakukan perubahan, dengan melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT, introspeksi diri, sambil membuat perencanaan untuk berbuat yang lebih baik.
“Spirit hijrah itu spirit perubahan, spirit move on, dari posisi sekarang ke posisi yang akan datang. Dari capaian yang tidak baik menjadi baik, dari yang sudah baik menjadi yang lebih baik lagi,” jelasnya.
Dalam tahun baru hijriyah yang menjadi momentum untuk bermuhasabah, maka menurutnya Umat Islam perlu terus berdzikir dan berdoa kepada Allah. “Ini titik awal memasuki tahun baru tentu harus terus berdoa memohon kepada Allah SWT, kemudian sambil menguatkan tekad untuk tahun depan yang lebih baik lagi,” imbuhnya.(Gayhul Dhika Wicaksana-1)