CILACAP- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, musim kemarau di Kabupaten Cilacap tahun ini lebih singkat, ketika dibandingkan dengan tahun lalu.
Menurut Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan, lama musim kemarau di Cilacap diperkirakan berlangsung antara 4 sampai dengan 4,5 bulan.
“Awal kemarau di Cilacap mulai berlangsung akhir Juni, dan di sebagian wilayah pada awal Juli 2020. Kemudian untuk prakiraan awal, musim kemarau berakhir antara akhir Oktober atau pertengahan November. Jadi untuk musim kemarau, lama atau panjangnya berkisar 4,5 bulan,” kata Rendi Krisnawan, dikonfirmasi SuaraBanyumas, Rabu (8/7).
Lama musim kemarau itu lebih singkat, bila dibandingkan dengan tahun lalu. Mengacu data BMKG, musim kemarau di Cilacap tahun lalu berlangsung sekitar tujuh bulan.
Namun demikian, pihaknya masih terus melakukan pengamatan terkait perkembangan cuaca, musim dan kondisi kemarau. Termasuk di dalamnya, mengacu informasi dari Stasiun Klimatologi Semarang.
“Untuk puncak musim kemarau di Cilacap, nantinya diperkirakan berlangsung pada bulan Agustus,” katanya.
Sementara itu, sifat kemarau tahun ini cenderung lebih basah, ketika dibandingkan dengan tahun lalu. “Artinya, masih ada potensi hujan, walau pun kriterianya rendah. Yaitu antara 0-50 milimeter per dasarian. Jadi tidak seperti tahun-tahun lalu, yang terasa sangat kering. Tapi untuk tahun ini kemaraunya cenderung lebih basah,” kata dia.
Disampaikan Rendi, satu sisi keuntungan bagi Kabupaten Cilacap atas sifat kemarau itu, yakni mengenai dampak kekeringan. Dampak bencana itu berpeluang lebih ringan.
“Walaupun kemaraunya lebih basah, tentu tetap berpotensi memicu terjadinya kekeringan. Terutama pada daerah-daerah yang tergolong rawan. Hanya kemungkinan, dampaknya tidak seperti tahun lalu, atau lebih mendingan,” kata dia.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy Wijayanto mengharapkan, lebih basah dan singkatnya kemarau tahun ini bisa mengurangi potensi kekeringan di wilayah kerjanya. “Mudah-mudahan dampaknya (potensi kekeringan) bisa lebih ringan,” kata Tri Komara.
Sejauh ini, pihaknya sudah memetakan daerah rawan bencana kekeringan. Koordinasi dengan pihak terkait dan pemerintahan di wilayah juga dilakukan guna antisipasi.
Disebutkan Tri Komara, daerah rawan kekeringan di Cilacap 105 desa di 20 kecamatan. Untuk itu, pihaknya menyiapkan bantuan air sebanyak 500 tangki. (tg-)