BANYUMAS – Tradisi menulis di kalangan santri ataupun pesantren di Banyumas kini makin terlihat menggeliat.Terbitnya sejumah buku tentang ulama dan pengalaman kehidupan pesantren menjadi buktinya.
Ketua Lembaga Ta’lif wa Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Banyumas, Djito El Fateh mengatakan, secara gerilya diketahui banyak santri di wilayah Banyumas yang telah mewarnai kepenulisan di tingkat lokal dan nasional. Tak hanya menulis di media masa atau buku secara individual, kini juga makin banyak santri menulis buku.
“Buku Biografi 20 ulama Banyumas yang merupakan hasil sayembara kepenulisan yang diselenggarakan Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) dan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) tahun 2018, dan kini diterbitkan Lembaga LTN NU dan Satria Indra Prasta Publishing menjadi salah satu buktinya,” katanya.
Selain itu ada pula buku berjudul Abah eyang merupakan biografi ulama kharismatik KH Hisyam Zuhdi, yang merupakan cikal bakal pendiri Ponpes At Taujieh yang kini tempat menuntut ilmu ribuan santri di Leler, Randegan, Kecamatan Kebasen.
Uniknya, buku ini ditulis oleh sang cucu dari tokoh yang ceritakan tersebut. Hal ini menjadikan akurasi dan otentisitas data yang dimunculkan juga bisa dipertanggungjawabkan.
“Yang menulispun tidak sembarang, karena secara akademis Gus Hadidul Fahmi merupakan lulusan Al Azhar. Intinya, kami sebagai lembaga informasi dan komunikasi NU Banyumas terus mendorong semakin banyak santri dan warga yang menulis tentang manaqib para ulama ini,” katanya.
Melanjutkan Kepenulisan
Wakil Ketua LTN NU Banyumas, Muhammad Khoeroni Rosyid mengatakan, melihat antusiasme sambutan terbitnya buku biografi ulama, pihaknya berencana menggandeng berbagai pihak untuk bisa melanjutkan kepenulisan tentang sejumlah ulama Banyumas yang lain.
“Kepenulisan buku ini menjadi bagian metamorfosis dan ikhtiar, agar tradisi lisan yang berkembang juga terus terjaga. Karena dengan menulis juga perlu narasumber. Selain dokumentasi tertulis, kita pasti perlu narasumber
yang terpercaya, ilmiah, dan akurat,” ujarnya.
Anggota DPRD Banyumas, Balqis Fadillah menyambut baik geliat literasi di kalangan pesantren. Ia berharap semakin banyak lagi santri atau pihak yang mau menulis secara ilmiah ataupun fiksi tentang ulama dan pesantren. Hal ini penting untuk semakin memperkaya pengetahuan generasi muda tentang pesantren yang menjadi cikal bakal pendidikan asli nusantara.
“Kami berharap setelah ini akan semakin banyak lagi tulisan tentang biografi ulama lainya dari wilayah Banyumas yang lintas zaman. Karena tanpa sejarah kita bisa kehilangan arah untuk menapaki masadepan,” jelas perempuan
yang juga pengasuh di Ponpes Roudlotul Ilmi, Kranggan,Pekuncen.(K37-60)