PURWOKERTO – Stok masker di 205 apotek di Kabupaten Banyumas sebagian besar sudah habis karena permintaan meningkat akibat dampak pemberitaan virus korona.
Di sejumlah apotek, kehabisan stok ini sudah berlangsung awal Januari lalu saat pemberitaan virus tersebut ramai di media. Mereka yang mencari pelindung mulut dan hidung ini, dua hari ini terus meningkat menyusul ditemukan dua pasien yang memiliki faktor resiko terkena virus korona dari Banyumas.
Ketua Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten Banyumas Khafidz Nasrudin mengatakan, kelangkaan masker sudah terjadi sejak dua bulan lalu, dan satu bulan terakhir ini, makin parah karena ketersediaan sudah tidak ada.
“Hampir di seluruh apotek yang kami cek dan melapor ke organisasi, sebagian besar sudah kosong. Kalau apotek itu melalui jalur resmi. Karena distributornya kosong, maka kami tidak bisa melakukan pengadaan masker,” kata dia saat mengecek ketersediaan di Apotek Whotara Farma Jl HR Bunyamin Purwokerto, Rabu (4/3).
Di Banyumas, kata dia, ada 205 apotek dengan jumlah apoteker sebanyak 705 yang bergabung di organisasi IAI. Pihaknya juga menegaskan, apotek yang berada di bawah wadah IAI Banyumas tidak ada yang melakukan penimbunan masker karena memanfaatkan permintaan yang meningkat dari masyarakat. Jika ada aparat dan pihak pemerintah melakukan sidak ke apotek maupun aptoker, dianggap salah sasaran.
“Untuk meluruskan hal ini, kami sudah membuat surat edaran, bahwa apoteker bukan penimbun masker. Jadi salah kaprah ketika ada pihak yang berwenang sidak ke apotek, karena kami jelas pengadaannya melalui jalur resmi,” tandasnya.
Jika di sejumlah apotek masih ada sisa stok, lanjut dia, penjualannya juga dengan harga normal. Para apoteker, kata dia, juga siap berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dengan suluruh komponen bangsa untuk berkolaborasi sama-sama melakukan pencegahan penyebaran virus korona.
“Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menyikapi secara berlebihan. Sejatinya virus korona ini bisa dicegah dengan pola hidup sehat dan pola hidup bersih,” ujarnya.
Apoteker penanggung jawab di Apotek Whotara Farma, Eni Rahma Mulandari mengatakan, pihaknya sudah mengajukan beberapa kali order sejak sebulan lalu. Namun stok dari distributor sudah kosong.
“Jadi apotek tidak mungkin menimbun masker. karena dari sananya (distributor) memang kosong. Kita sejak awal Januari memang sudah kosong,” katanya.
Menurutnya, saat kondisi normal, biasanya order 3-5 box saja. satu box isi ada yang 50 lembar sampai 100 lembar. Untuk harga satuan saat normal dijual Rp 1.000-Rp 2.000.
Selain masker, katanya, untuk hand sanitezer, hyga sudah kosong sejak Februrai lalu. Pihaknya juga sudah melakukan order ke distributor, namun stok juga kosong.
Apoteker Apotek Wirendra Farma Purwokerto, Putri Dwi Lestari mengungkapkan, sejak dua hari ini saat warga Banyumas diberitakan terkena virus korona, masyarakat yang membeli masker meningkat.
“Dua hari terakhir ini saat informasi virus korona sudah masuk di Indonesia dan Banyumas, yang menayakan masker banyak. Ini persediaan dua box, tinggal 10 lembar. Kalau normal, dua box dua bulan belum tentu habis,” katanya. (G22-20)