Suara Banyumas - Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
SUARA BANYUMAS
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Suara Banyumas - Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Beranda Banyumasiana Cilacap

Menilik Wayang Hoe, Wayang Rotan Unik di Cilacap

Sabtu, 28 September 2019
Topik Cilacap
A A
Wayang hoe ini seperti boneka, dulunya sering dibuat oleh orang tua untuk anaknya.

Wayang hoe ini seperti boneka, dulunya sering dibuat oleh orang tua untuk anaknya.

Sebagian orang mungkin mengenal wayang hanya dalam bentuk wayang kulit dan wayang golek yang sudah populer sebagai bagian dari kekayaan budaya di Indonesia. Berbeda dengan keduanya, Desa Hanum, Kecamatan Dayeuhluhur, Cilacap memiliki jenis wayang yang cukup unik, yakni Wayang Hoe.

Adalah Ceceng Rusmana (43), pegiat budaya yang tinggal di Desa Hanum yang masih mempertahankan keberadaan wayang yang dianyam dari kayu rotan tersebut. Menurut Ceceng, Wayang Hoe buatannya merupakan modifikasi dari wayang dahan, jenis wayang yang dibuat dari ranting pohon singkong.

“Wayang hoe ini seperti boneka. Dulu dibuat orang tua saat istirahat bekerja di kebun untuk anaknya supaya bermain sendiri. Saya belajar membuat dari melihat buatan bapak,” kata pria yang menjadi Ketua Lembaga Adat Desa Hanum ini.

BacaJuga

Baznas Cilacap Luncurkan Fakultas Rukun Ternak, Dorong Kemandirian Ekonomi Melalui Peternakan Domba

BAZNAS Cilacap Buka Program Kurban 2025, Harga Terjangkau Mulai Rp 2,5 Juta

Meski karakter yang mampu dibuat sangat terbatas, seperti ada yang mirip Kresna, Bima, Gatotkaca dan Suyudana, Ceceng mengatakan, wayang rotan mampu memunculkan imajinasi anak-anak, ceritanya pun sekadar hiburan. Pun demikian dengan bentuk wayangnya.

“Agar terlihat lebih menarik, ada variasi anyaman di kepala atau badan,” tambah Ceceng.

Ceceng menuturkan, Wayang Hoe merupakan bentuk kearifan lokal sekaligus permainan tradisional anak di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pertalian dua budaya tersebut memunculkan karakter tersendiri.

Meski demikian, lanjut Ceceng, keunikan budaya ini justru kerap tidak mendapat tempat dan perlindungan dari pemerintah setempat. Dia berharap, adanya perlindungan dan porsi khusus dalam upaya pelestarian terhadap tradisi.

Baca : Menilik Toko Roti Go, Toko Roti Tertua di Indonesia

Menurut dia, banyak yang harus dilindungi, utamanya pelaku adat tradisional Sunda, dialek dan bahasa, produk budaya, serta pengembalian hak-hak pengelolaan wilayah keramat yang diklaim oleh pihak Perhutani, seperti Gunung Kentra.

“Kami minta pengelolaannya dikembalikan kepada Masyarakat Adat Desa Datar,” tegasnya.

Ceceng mengungkapkan, dalam inventarisasi Lembaga Adat Desa Hanum, saat ini tercatat Wayang Hoe merupakan kreasi dari Darkim S, warga Dusun Rimpaknangsi.

“Tokoh ini merupakan sosok yang mempopulerkan Wayang Hoe,” ungkap bapak dua anak yang mewakili Cilacap pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Jakarta ini. [NS]

BagikanBagikanPinBagikanBagikanKirim
Sebelumnya

Bangunan Cagar Budaya dan Jejak Kolonial di Banjarnegara

Selanjutnya

Meramal Jumlah Anak dari Garis Telapak Tangan

Artikel Lainnya

Baznas Cilacap Luncurkan Fakultas Rukun Ternak, Dorong Kemandirian Ekonomi Melalui Peternakan Domba

BAZNAS Cilacap Buka Program Kurban 2025, Harga Terjangkau Mulai Rp 2,5 Juta

Sorotan

Pilihan

Banyumasiana

Cerita & Jelajah

Topik

Serba - Serbi

Tren Digital

Inovasi & Teknologi
  • Profil
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Ketentun
DMCA.com Protection Status
©2025 Suara Banyumas

Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan

© 2025 Suara Banyumas

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In